RENUNGAN PAGI INI:
“RAJA-RAJA BENGKULU”
Tulisan ini diilhami dengan adanya pertemuan raja-raja nusantara di Bengkulu pada tanggal 29 September 2017, tepatnya pertemuan ini merupakan “sidang Mufakat Rajo Penghulu di Bengkulu” hajatan ini merupakan hajatan besar yang diadakan oleh Majelis Agung Raja Sultan (MARS), yang sudah dibentuk beberapa bulan yang lalu dan telah diresmikan di Jakarta dan salah satu anggotanya adalah Bapak H. Sutan Bangsa dan pada tanggal 29 Juli 2017 yang lalu telah mengangkat Sultan Bangsa dengan jabatan Ketua Agung Kaum sekaligus sebagai Sultan Kesultan Pekal Kabupaten Muko-Muko Di Sumatera memang banyak kerajaan-kerajaan baik yang berskala besar apalagi yang kecil-kecil yang menguasai berbagai daerah dari ujung Barat Aceh sampai ke Lampung Selatan, kerajaan-kerajaan tersebut ada yang tercatat dengan baik dan ada pula yang harus diteliti kembali karena hanya meninggalkan sedikit tanda-tanda keberadaanya. Tulisan ini bukanlah penelitian sejarah yang lengkap, hanya sebatas ketertarikan penulis sebagai orang yang hidup dari mencari makan di Bumi Raflesia apalagi penulis bukan ahli sejarah, tapi ingat bahwa setiap orang tidak boleh melupakan sejarahnya, oleh karena itu jika ada salah hilaf dan keliru serta tidak sesuai fakta janganlah kami di anggap memutar fakta sejarah, kami hanya ingin menggali dan mengetahui sebatas yang kami lihat, kami dengar dan lalu kami tulis. Tulisan ini juga sebenarnya ada kaitanya dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya tentang kearifan lokal, oleh karena itu sebenarnya saya ingin memperkuat tulisan saya terdahulu bahwa di Bumi Raflesia ini mempunyai kekuatan besar untuk mengaktualisasikan kearifan lokal tersebut, bukan saja dari segi ritualnya yang eksklusif, tapi bisa saja diangkat sebagai khasana bangsa yang lebih besar. Khususnya masalah haka-hak tanah rakyat yang telah compang-camping dibagi-bagi oleh orang yang hanya dilegalkan oleh selembar kertas. (lihat tulisan saya “Aktualisasi Hukum Adat”). dan jangan pula orang lain menganggap Bengkulu sebatas tempat Pembuangan Proklamator dan melahirkan Ibu Negara Pertama...Bengkulu telah berjaya jauh sebelum itu, hanya saja orang memang selalu suka menganggap rendah orang lain bahkan dulunya kita orang Bengkulu merasa tersinggung jika kita katakan saya berasal dari Bengkulu, orang tersebut berkerenyit dan menanyakan Bengkulu di mana ya...? orang seperti ini disamping sombong pengetahuan sejarahnya sangat dangkal... iyalah biasalah orang-orang yang merasa dirinya yang paling dikatkdirkan untuk berkuasa di Republik ini. Lucunya juga ada orang-orang yang tergolong melek, merasa di Bengkulu hanya sebagai batu loncatan untuk menggapai sesuatu, kalau ada kesepmpatan atau masalah sedikit saja langsung berusaha minta pindah/mutasi apalagi ia sebagai abdi negara, tahu dirilah... pebisnis juga begitu, setelah meninggalkan lobang-lobang dan tanah gundul, pendangkalan sungai dengan limbah "Batu bara" lalu pergi tanpa ragu dan tak berdosa beralibi dengan berbagai alasan...wah, mental kayak gini kalu dibiarkan sangat membahayakan...smoga tidak terjadi lagi dan Bengkulu akan menjadi Pusat kejayaan masa depan...Insha Allah...Amiin.
Di Bengkulu termasuk kerajaan yang hanya meninggalkan sedikit cerita meurut Pak Agus Setyanto ahli sejarah Bengkulu, “Kerajaan Bengkulu disebutnya ada tapi tidak ada” maksudnya Kerajaan di Bengkulu memang ada tapi penyusuran sejarah membutuhkan penelitian yang cukup panjang dan teliti. Kerajaan di Bengkulu mungkin tidak terlepas dari adanya kerajaan-kerajaan besar di Sumatera yang memang pernah berjaya di bumi nusantara dan bahkan sampai ke berbagai Negara, seperti kerajaan Sriwijaya saking luas kekuasaannya pada waktu itu terdapat pula peninggalannya di Vietnam, Kamboja, Thailand bahkan orang Thailand dan Vietnam mengklaim bahwa pusat kerajaan Sriwijaya di negaranya, ini biasa saja namanya mengklaim boleh-boleh saja tapi harus rasional dan didukung dengan fakta-fakta sama saja dengan Negara lain yang mengkalim Batik bahkan lagu yang asli nusantara dianggap punya dia, kalau ini sengaja dicetuskannya untuk memancing emosi saja nggak usah ditanggapi serius Negara tersebut memang suka iri dan selalu mengganggu saudaranya yang sedang susah.
Dalam catatan sejarah, beberapa kerajaan di Sumatera seperti Kesultanan Perlak yang kemudian bergabung dengan Kesultanan Samudra Pasai yang berdiri pada tahun 845 H sampai dengan tahun 1292 yang merupakan kerajaan Islam tertua di Nusantara. Kemudian muncul kerajaan Islam terbesar di Nusantara yakni Kerajaan Samudera Pasai yang mengalami kejayaan masa pemerintahan Sultan Malik Al-Tahir I nama aslinya Muhammad dan dilanjutkan oleh adiknya Sultan Malik Al-Tahir II yang nama aslinya Ahmad, menurut cacatan Ibnu Batutta, kerajaan ini sudah menjadi pusat perdagangan yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke sana. Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten. Sistem pemerintahan yang diterapkan pada kerajaan Samudera Pasai menuurut catatan Ibnu Batutta adalah syariat Islam, hal ini dimungkinkan karena kerajaan waktu itu dipimpin oleh Sultan Malik Al-Tahir II. Kerajaan-kerajaan tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh pejuang yang bisa dicontoh ketauladanannya oleh generasi bangsa Indonesia sampai hari ini.
Di Bengkulu banyak kerajaan namun skalanya lebih kecil di bandingkan dengan kerajaan-kerajaan yang telah dikemukakan di atas dalam catatan sejarah disebutkan bahwa Pada masa sebelum tahun 1685, di wilayah Bengkulu sekarang terdapat beberapa kerajaan kecil, yaitu disamping Kerajaan Empat Petulai, yang juga terkenal dengan Kerajaan Depati Tiang Empat dengan Rajo Depatinya di Pegunungan Bukit Barisan di daerah Rejang Lebong serkarang, ada di bagian pesisir Bengkulu Kerajaan Sungai Serut di Bengkulu, Kerajaan Selebar di daerah Lembak Bengkulu Utara,Kerajan Sungai Lemau di daerah Pondok Kelapa Bengkulu Utara, dan Kerajaan anak Sungai di daerah Muko-Muko. Kerajaan-kerajaan kecil tersebut, tidak terbentuk suatu Negara dengan kekuasaan mutlak. Kerajaan itu terdiri dari dusun-dusun yang dipimpin oleh seorang kepala yang dipilih oleh para penduduknya dan para kepala dusun secara sukarela menggabungkan diri pada kerajaan, dimana Raja adalah lambang kesatuan. Sebelum Inggris datang ke Bengkulu, di Bengkulu sudah ada Kerajaan-kerajaan yaitu Kerajaan Sungai Serut dan Kerajaan Sungai Lemau. Kerajaan Sungai Serut didirikan oleh Bintang Roano yang terkenal dengan gelar Ratu Agung yang berasal dari Kerajaan Majapahit, sedangkan Kerajaan Sungai Lemau dengan Rajanya Datuk Bagindo Maharaja Sakti yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung Sumatera Barat (bisa dibaca buku sejarah Bengkulu).
Kerajaan anak sungai di Muko-Muko, merupakan salah satau kerajaan Islam di Provinsi Bengkulu, menariknya kerajaan ini untuk diteliti, karena merupakan satu-satunya bekas kerajaan di Bengkulu yang telah masuk dalam Yayasan Kerajaan Kesultanan Nusantara (YKKN), yang anggotanya terdiri dari seluruh bekas kerajaan-kerajaan Besar di Nusantara seperti Kesultanan Yogyakarata, Banten, Surakarta, Palembang, Jambi Minaang Kabau, Kutai dan lain-lain.
Kerajaan anak sungai Muko-Muko dalam perkembangan akhir-akhir ini mendeklarisakan diri sebagai Kesultanan Pekal. Dalam catatan Bapak Firdaus Burhan dalam bukunya Bengkulu dalam Sejarah; Suku bangsa Pekal berkaitan dengan mitologi Suku bangsa lainnya yang dominan terdapat diperbatasan Suku bangsa Pekal. Mitologi ini berkaitan dengan mitologi Suku Bangsa Rejang dan hikayat Raja Indropuro dari Minang. Mitologi suku bangsa Rejang sendiri memiliki pertalian erat dengan hikayat-hikayat kerajaan Pagaruyung di Minang. yang pada tanggal 29 Juli 2017 beberpa bulan yang lalu telah mengangkat Sultan Bangsa dengan jabatan Ketua Agung Kaum sekaligus sebagai Sultan Kesultan Pekal Kabupaten Muko-Muko dan telah dikukuhkan oleh Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin sebagai ketua YKKN. Ketua Agung Kaum terdiri dari tujuh kaum: Menurut cerita, dahulu kala ada seorang raja asal Rejang Lebong mempunyai tujuh orang anak. Cerita ini bermula dari anak terakhir dan satu-satunya anak perempuan yang bernama putri Rindu Bulan. Namun karena putrinya ini main mata dengan pemuda biasa di kerajaannya, sehingga membuat raja Rejang Lebong marah. Raja memerintahkan keenam putranya untuk membunuh putrinya tersebut. Atas perintah dari ayahnya berangkatlah enam anaknya itu, namun ke enam kakaknya ini tak tegah membunuh adiknya. Malah mereka membawa adik bungsunya ke pinggir sungai besar dan membuatkan sebuah rakit dari bambu aur dengan dibekali beras dan ayam. Maka berakitlah sang putri menyelusuri sungai. Sungai ini berasal dari dua bukit yang satu itu bukit tapus yang sungai bermuara di Muara Ketahun dan yang satunya lagi bermuara ke Jambi.
Hari demi hari, minggu demi minggu bahkan berbulan-bulan hingga setahun putri Rindu Bulan menyelusuri sungai hingga rakitnya rusak di muara. Kemudian ayam yang dibawah berubah menjadi seekor elang sedangkan beras yang dibawah tertumpah dan berubah menjadi senggugu. Setelah rakitnya diperbaiki,putri Rindu Bulan kembali berakit hingga akhirnya sampai di pulau Pagai di daerah Padang. Kemudian ia di selamatkan oleh orang-orang di sana. Putri Rindu Bulan di berikan baju yang bagus. Karena kecantikanya, sang Putri Rindu Bulan anak raja dari kerajaan pagai pun jatuh cintah. Kemudian itu dipinangla putri Rindu Bulan dan menikahlah mereka. Di daerah asal putri Rindu Bulan,ayahnya bertanya kepada ke-enam anaknya. Apakah putri Rindu Bulan telah dibunuh. Tentunya ke-enam kakaknya menjawab tidak,kami tidak tega membunuh adik kandung kami sendiri,kami terlalu menyayanginya kata ke-enam kakaknya itu. Putri Rindu Bulan kemudian mengakatan pada suaminya bahwa daerah asalnyadi daerah Rejang Lebong. Putri Rindu Bulan pun dan suaminya mengutuskan untuk kembali ke Rejang Lebong. Itulah awal cerita sungai ketahun yaitu berasal dari sungai yang dilewati oleh Putri Rindu Bulan selama setahun,maka sungai itu diberi nama Sungai Ketahun dan juga daerahnya yang bernama Ketahun yang ada pada masyarakat yang mendiami wilayah dari Muara Katahun sampai muara Santan, secara administratif menempati wilayah Kecamatan Ipuh dan Ketahun di Kabupaten Muko-Muko Provinsi Bengkulu. Dalam paguyubanya mereka bergabung dalam satu komunal yakni Ikatan Keluarga Masyarakat Pekal Provinsi Bengkulu juga diketuai oleh H. Sultan Bangsa, SH., MH. Sultan Bangsa adalah putra Merah Indo. Dirunut dari silsilah, garis keturunan mengkrucut pada Tuanku Sultan Sarie Maharadja Gendam Syah, yang memerintah Kesultanan Mukomuko pada 1681-1761. (http://mediaraja.com//). Seoarang tokoh masyarakat Bengkulu yang lahir di Desa Talang Arah Kecamatan Ketahun Kabupaten Muko-Muko, yang juga anggota Majelis Agung Raja Sultan Indonesia (MARSI) yang dikukuhkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 24 Agustus 2017.
Bersambung…

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar
Abu Nawas
Abu Nawas Penelitian mu sangat bagus membuka pikiran sy tuk sll mengikuti tulisan2 mmg. Kl ini sejarah kerajaan d Bkl. Lalu bagaimana sejarah terbentuk nya marga Semende ? Bolehlh di angkat ke permukaan. (Edisi ridu tanah kelahiran) heheheee

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas ·
2
· 3 jam
Hapus
Bak Abigael Abigael

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas · 3 jam
Hapus
Dirwan Ar
Dirwan Ar Mantap...
Ditunggu edisi selanjutnya pak doktor.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas ·
1
· 3 jam
Hapus
Hardianto Eko
Hardianto Eko God..terus menulis friend

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas ·
1
· 2 jam
Hapus
Emma Ellyani Sarbini
Emma Ellyani Sarbini Luar biasa pak!!

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas ·
1
· 2 jam
Hapus
Ruwaidah Bunda Rizqa Syabrina
Ruwaidah Bunda Rizqa Syabrina Mantab tu pak doktor...benar kato Abu Nawas angkat ke permukaan sejarah marga semende yg ade dimuara enim dan ade di lampung...

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas · 1 jam
Hapus
Yancha Bin Surni
Yancha Bin Surni Kitau tunggu agi tulisan lainau dunga Imam Mahdi...

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas · 1 jam
Hapus
David Aprizon Putra
David Aprizon Putra 👍👍👍 pak

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas ·
1
· 1 jam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU