PAMRIH RAKYAT KEPADA PENGGEDE

PAMRIH RAKYAT KEPADA PENGGEDE
Hari ini serah terima Penjabat Gubernur dengan Gubernur Terpilih yang telah resmi dilantik tanggal 12-02-2016 di Jakarta, H. Riduan Mukti dan wakilnya H. Rohidin Mesyrah (yang lebih dikenal sebelum jadi Gubernur dengan sebutan 2 RM) resmi menjadi Gubernur Bengkulu ke-9. Sebagai seorang Gubernur di era reformasi ini mempunyai nilai-nilai keunggulan, pertama bahwa gubernur adalah orang yang benar-benar dipercayai sebagian besar rakyatnya, sehingga dapat memenangkan pertarungan dalam Pemilu, kedua karena mencalonkan diri atau di calonkan.
Kemenangan dalam pemilu ditentukan banyak faktor, bisa karena keberuntungan, dan faktor nasib baik, dan rakyat memang menentukan, suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox populi, vox dei), dipinjam dari bahasa latin yang sebenarnya lebih tepat digunakan untuk para hakim yang mengadili, oleh karena itu yang menang jangan, menepuk dada, dan bangga sebagai juara dan yang kalah bebesar hati, bahwa kekalahan adalah kemenangan yang tertunda, dan bagi orang yang beriman, penuh keyakinan, bahwa kemenangan dan kekalahan adalah kehendak Tuhan yang maha berkehendak (Faallu limayyuriid).
Sebagian besar yang telah ikut dalam pemilu maupun tidak sempat ikut, tetap berharap dengan gubernur dan wakilnya agar ada perubahan, pastinya yang lebih baik, lebih adil, lebih aman, lebih bijaksana, lebih merakyat dan harapan besarnya lebih sejahtera. Idealnya seorang pemimpin pemenang pemilu, telah menganalisa kekurangan, kekeliruan, kesalahan, termasuk prestasi pemimpin sebelumnya, pastinya ia juga akan meneruskan perbuatan baik yang telah di laksanakan dan/atau yang belum selesai dilaksanakan, dan ini penting agar pembangunan ada berkesinambungan. Jangan sampai pemimpin baru, ganti baju baru, yang anggrannya melibihi bantuan untuk anak sekolah kurang mampu, atau semuanya harus baru, (kalau mobil boleh baru), cat rumah dinas baru, pelayan baru, (maksudnya ganti pejabat baru) yang lama dianggap tidak berguna (yang ini perlu kajian mendalam), akhirnya rakyat menjadi korban “Trial and error” korban pemilu, padahal semua yang diganti itu butuh dana yang sumbernya dari rakyat yang memilih maupun yang tidak sempat memilih, ingat-ingat, PAD Bengkulu belum cukup untuk bayar gaji, tunjangan dan remunerasi PNS, bahkan uang makan.
Banyak program besar yang di cita-citakan gubernur sebelumnya dan “saya” termasuk orang yang berharap program Agusrin B. Najamuddin, seperti adanya rel kereta api yang menghubungkan Bengkulu-Tanjung Enim, Bengkulu-Lubuk Linggau dan kalau bisa menghubungkan semua provinsi termasuk ke Pulau Jawa langsung bikin jembatan selat sunda, bantuan handractor, kepada petani, atau program bentuk lain untuk petani, karena rakyat Bengkulu sebagian besar adalah petani atau buruh tani, tidak memperhatikan petani berari telah menghianati bangsa, sebab bangsa Indonesia adalah masyarakat agraris yang seharusnya bumi nusantara ini dikerjakan oleh petani dan dinikmati oleh petani, lalu akan membawa petani menjadi sejahtera, demikian juga program bapak H. Junaidi Hamsyah, yang merencanakan agar bandara Fatmawati Soekarno menjadi Bandara Embarkasi Haji Antara.
Jangan ditiru jika ada perbuatan melanggar hukum, dan saya yakin Gubernur Bengkulu periode 2016-2021, seorang doktor hukum, pasti tahun filsafat hukum, baik pada tataran ontologis, epitemologis maupun aksiologisnya, asas hukum termasuk istilah “Hodi mihi cras tibi”dan norma-norma hukum, sebagai perintah yang bisa memaksa orang untuk berbuat atau tidak berbuat, demi kebaikan.
Insya Allah, selama stamina masih ada, intensi lain aka berlanjut, “kamsia apresiasi”
Ceruk Kamar,  Februari 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU