Renungn Malam ini:
“VAKSIN PALSU DAN KEPALSUAN LAINNYA”
Menurut presenter kesohor Bung karni Ilyas dalam acara ILC, “apa lagi di Indonesia yang tidak bisa dipalsukan” mulai dari KTP palsu, Ijazah palsu, bahkan ada surat nikah palsu, sebagai dosen kita juga sering membatalkan tugas akhir mahasiswa, karena mengandung pemalsuan sampai pada yang disebut dengan plagiatisme, lalu yang sangat menggemparkan beberapa bulan ini ditemukannya adanya vaksin palsu, dan kepalsuannya sudah lama berlangsung infonya dimulai dirintis berdasarkan pengakuan pelaku dumulai tahun 2003 dan tertangkap tahun 2016 tiga belas tahun kepalsuannya beredar di sebgaian Indonesia dan anehnya sampai sekarang belum terdata dengan pasti siapa-siapa anak Indonesia yang telah menjadi korban vaksin Palsu tersebu, jadi kalau anak kita lahir rentang waktu tersebut harusnya mengambil tindakan untuk mengetahui palsu atau tidak, tapi itupun semuanya kita tidak tahu bagaimana menentukan palsu atau tidak ya dokterlah yang tahu…tanyakan ke ahlinya tersebut. Bisa juga sebenarnya jauh sebelum tahun 2003, karena jenis kepalsuan di Indonesia sudah lama berlangsung, banya produk Indonesia yang mudah dipalsukan menurut MIAP (Masarakat Indonesia Anti Pemalsuan) "Persentase produk palsu tinta printer mencapai 49,4 persen, pakaian palsu mencapai 38,9 persen, diikuti barang dari kulit 37,2 persen, dan software 33,5 persen," kata Sekjen Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) Justiasiari P Kusumah, di Hotel Royal Kuningan, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (25/2/2015). Sisanya, produk kosmetika palsu sebanyak 12,6 persen, makanan dan minuman palsu 8,5 persen, dan produk farmasi palsu 3,8 persen. Data ini didapat MIAPI dari hasil studi dampak pemalsuan terhadap perekonomian Indonesia tahun 2014.
Khusus vaksin palsu, menjadi miris kedengarannya maklum menyangkut masa depan anak-anak kita, si bua hati yang sangat kita sayangi selalu kita jaga kebersiahnya, badanya, pakainya, tempat tidurnya, sampai pada lingkunganya, harus steril dari penyakit yang bisa menyerang anak kesayangan kita agar anak tumbuh dengan sehat, tetapi dengan adanya penemuan vaksin palusu, perlu dikaji ulang kesehatannya serta harapan masa depannya menjadi tanda Tanya apakah usaha orang tua membentengi anaknya terhindar dari mala petaka penyakit akan terwujud, atau akan menjadi sia-sia karena ulah manusia-manusia bejat seperti pelaku pemalsuan vaksin anak tersebut…entahlah, hanya para ahli yang tahu semoga juga para ahli tersebut tidak memberikan keterangan yang palsu juga, termasuk katanya Bengkulu tidak terindikasi masuknya vaksin palsu, tapi ada juga berita terakhir mengatakan Bengkulu juga termasuk provinsi yang kena peredaran vaksin palsu, jadi yang mana pernyataan yang palsu atau tidak palsu…?
Adanya vaksin palsu, Dampaknya bagi puluhan juta anak Indonesia yang telah diberi vaksin valsu menurut Direktur Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta "Jadi dampaknya dia (korban) tidak dapat imunitas. Daya tahannya terhadap penyakit sesuai dengan vaksin. Kalau pembuatannya tidak steril yang paling ringan badan panas. Gejala yang berat bisa terjadi adanya infeksi kuman, bakteri, virus yang masuk ke tubuh kita. Kuman dan bakteri itu akan bersarang dalam tubuh anak dan kapan saja bisa menyerang,… wah gawat kalau terjadi serangan sporadis dalam tubuh anak kesayangan kita, pada waktu-waktu tertentu. Tetapi kalau menyimak beberapa informasi Bengkulu tidak termasuk wilayah tempat beredarnya vaksin palsu tersebut, ya mudah-mudahan infonya juga tidak palsu.
Peristiwa ini walaupun disesalkan sangat terlambat penemuannya, tetap saja kita bersyukur, mudah-mudahan kejadian kepalsuan dan pemalsuan di bumi kita yang tercinta ini tidak terjadi lagi, dan semua komponen bangsa berkomitmen untuk mengatasi semua kepalsuan, tetapi tetap saja harus dicari akar masalah sesungguhnya kenapa sering terjadi pemalsuan di negeri ini…jangan-jangan semua yang kita hadapi, kita kerjakan dan kita lihat palsu semuanya…atau mungkin juga pemimpin negeri ini lahir dari kepalsuan, atau hasil dari proses yang dipalsukan, atau mempin pasukan yang menyandang predikat palsu, yang berkaitan dengan pemimpin ini semoga tidak. tetapi kalau janji palsu, sudah bisa dibuktikan kepalsuannya, kayak lagu dangdut...Kau yang berjanji kau yang mengingkari" dan seperti judul lagu Dedi Kempot, Rita Amelia, dll "Janji Palsu" lagunya bisa didownload secara gratis.
Memang kejadian kepalsuan dan kadang-kadang tanpa disadari kita juga mengajarkan tentang kepalsuan, contoh, ketika membangunkan anak jam lima pagi untuk sholat subuh, kita panggil anak kita dengan kata-kata “bangun hari sudah siang” padahal menurut kamus yang dikatakan siang itu kira-kira pukul 11.00-14.00. sama halnya ketika orang minta bantuan atau sekedar pinjam uang sedikit, karena tidak mau, biasanya akan dijawab “maaf lagi bokek”, padahal menurut kamus “bokek” artinya benar-benar tidak mempunyai uang baik dalam dompet, dilemari, atau dibawah bantal sekalipun, jadi kalau anda bilang bokek pasti mengandung unsur kepalsuan, masa orang kayak anda tidak punya sedikitpun uang…?
Kenapa terjadi kepalsuan dimana-mana khususnya dibidang kesehatan…?, itu tidak bisa dianalisis gampangan, harus berhati-hati dan carikan ahlinya untuk mengatakannya, sebagai orang awam hanya terkejut saja, semua yang berkaitan dengan kesehatan itu memang mahal…apakah kata mahal ini juga mengandung kepalsuan, contoh “hidup sehat itu mahal, tetapi jika anda sakit biyayanya justru lebih mahal lagi” betulkah kalimat ini…? Atau mengandung makna kepalsuan…?, anda tentu akan menganalisinya berdasarkan pengalaman anda, cerita teman anda dan bacaan anda, saya sudah pernah menulis ini beberapa bulan yang lalu judulnya kira-kira “Mahalnya orang hidup”, kalau nggak salah kalau anda mau cangkok satu ginjal…harganya kira-kira 1,4 Milyar itupun belum tentu tersedia barangnya, tapi kita tidak tahu juga apakah ginjal yang dicangkokan itu orsinil atau palsu juga.
Di Indonesia, anak-anak muda pada usia sekolah lanjutan sangat tertarik untuk meneruskan dibidang kesehatan, disetiap kabupaten, kota apalagi provinsi pasti paling banyak peminatnya sekolah kesehatan seperti perawat, farmasi, bahkan kedokteran, tapi sayang system pendidikan di Indonesia sama persis dengan hukum dagang “makin banyak pembeli maka harga akan naik”, maka hampir sekolah-sekolah seperti itu tergolong mahal bahkan sangat mahal, bisa saja murah asal anda masuk katagori UKT golongan I, hanya Rp. 500.000/bulan, tapi kalau masuk kata gori II, III apalagi masuk katagori UKT Golongan V wah…bisa-bisa Rp. 40 Juta/semester, belum lagi uang pangkal, biaya tetap, biaya paraktikum, dan lain-lain. Bagaimana kalau dia sudah tamat dan praktik kedokteran dengan predikat sekolah mahal….?
Sebagai perbandingan, dua tahun yang lalu saya berkesempatan mengunjungi beberapa perguruan tinggi di India, seperti JNU, AMU dan lain-lain, dan sempat bertanya kira-kira SPP di beberapa fakultas, semuanya menjawab SPP nya sama mau fakultas apa terserah mahasiswa, mau ngambil sastra, hukum, politik, Biologi, Atom, teknik atau kedokteran sama saja, walaupun ada bedanya tapi tidak signifikan dan waktu itu kira-kira SPPnya kalu dirupiahkan 200 ribu per semester, dan kalau mau tinggal di Asrama juga boleh kira-kira 300 ribu sudah termasuk biaya makan sehari-hari, tetapi kalau mahasiswa dari Indonesia lebih banyak cari kosan sendiri, karena selera makannya berbeda yang masih bermasalah (Masalah juga artinya rempah-rempah masakan, jadi masalah yang masih bermasalah di lidah mahasiswa) dan itupun biayanya tidak jauh berbeda dengan tinggal di Asrama. Dan jika mahasiswa membutuhkan lap top, maka cukup membayar 50% saja, sisanya akan disubsidi oleh pemerintah, cukup menunjukkan kartu mahasiswa tetapi untuk pembelian ini hanya berlaku untuk mahasiswa asli India, ya kita pakai cara jitu saja seperti pak aji mumpung, mumpung berteman dan mumpung lagi merantau, pinjam kartu mahasiswa atau minta tolong sama teman kita yang orang India asli, beres dah...!
Namun pada dasarnya, biaya yang dikenakan kepada mahasiswa asing memang ditinggikan. Untuk mahasiswa India sendiri, tarif yang harus dibayarkan jauh dibawah tarif untuk mahasiswa internasional. Pemerintah memberikan subsidi kepada setiap universitas, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri dan agar pendidikan dapat dijangkau semua kalangan masyarakat. Jawaharlal Nehru hanya meminta sekitar Rs.300 per tahunnya kepada setiap mahasiswa India, atau sekitar Rp.60.000 per tahun. Biaya yang sangat murah, yang sampai saat ini belum bisa ditiru oleh Indonesia (http://www.berkuliah.com).
Mudah-mudahan tulisan ini tidak mengandung kepalsuan atau ditanggapi dengan senyum yang dipalsukan.
Ceruk Kamar, 26 Juli 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU