“DIPUJI LALU DIMAKI” HITAM PUTIH PUTRA BANGSA

“DIPUJI LALU DIMAKI”
HITAM PUTIH PUTRA BANGSA

PERTAMA
Kau bawa rakyat untuk bermimpi
Kau bangkitkan semangat dan harga diri
Kau pernah menderita lebih dari rakyat jelata
Memberi contoh, bahkan relA berkorban jiwa
Di buang, diasingkan ke daerah epedemi
Agar kau menderita atau merenggang nyawa
Rakyatmu bangga, dan simpati
kembali kau ingatkan nenek moyang bangsa dengan kepala tegak
Kau tawarkan sjuta harapan
Walau rakyat biasa antri untuk sesuap nasi
Dengan orasi yang menggelagar, menusuk, terhujam ke ulu hati
Hi…yang dipojok sana,Diam…, bapak mau bicara…!
Semua orang tidak bersuara, jangkrikpun takut bernyanyi
Kau kharismatik…! Itu diakui
Sesuai namamu sang putra fajar
merdeka, merdeka…ucapan tiada henti
Rakyat terbuai, tak sadar diri, diam dan mencari hakekat
Pagi, siang sore bahkan malam hari tidak pernah berhenti
Kau namakan itu revolusi, revolusi belum berhenti
Rakyat tetap tidak mengerti, karna baru punya martabat
Kau sangat pintar, patriot, anti aneksasi, pencinta negeri
Rakyat semakin terbius, terbawa arus demi harga diri
Kau Berhasil disegani, ditakuti bahkan banyak yang mencintai
Tapi kau haus puja-puji, lupa harga diri
Kau musuhi teman sejati, seperti buang sirih
sampai Sutan Syahrir penghuni ruang sempit bawah tanah
mungkin minum air seni sendiri
M. Natsir mengembara di hutan, menghinadar malapetaka
tidak terima doktrin kata suci "Nasakom"
Hamka manusia "tanpa dosa" harus meringkuk dipenjara
ketika suasan genting kau alihkan issu perang dengan tetangga
kau tidak hantarkan mereka pada tujuan yang hakiki
Rakyat tetap tak mengerti
Rakyat sangat membenci, kau jatuh
Kau akhiri kekuasaan, rakyat tidak peduli…kau pahlawan atau pecundang
Sampai kini masih teka-teki
kau menyesali, kepada Hatta kau aturkan
"Apa yang kau katakan selama ini benar Hatta, maafkan saya"
pasti kau adalah putra terbaik sinar fajar
perlakuan terhadapmu tetap tidak bisa kami terima
kau ditahan, tidak bisa dikunjungi
kau sakit, diberi dokter bukan ahli
kau dijaga hanya seorang Kopral
Kami yang menegerti tidak membenci
Bahkan kami menaruh simpati
KEDUA
Kau pewaris dan penyelamat
Kau ciptakan perubahan dengan karya
Rakyat merasa hidup berkecukupan
tenang damai tanpa iri tapi banyak sakit hati
Beras murah, minyak tidak antri, hutang menjadi-jadi
pertumbuhan ekonomi melonjak tinggi
Itu bukan supsidi, tapi impor tersembunyi
Itu milik kita sendiri tetap kita beli
Kau berhasil melahirkan segelintir konglomerat dan kroni
Konglomerat sudah kaya, tetapi tetap ingin menggali
tidak mau berbagi pada pemilik sejati
Harta kroni melebihi seluruh penduduk pribumi
Hutan dibabat dijadikan komuditi, dikapling, diibagi kroni
Rakyat yang berhajat membuka lahan sekedar untuk hidup
Kau anggap perusak, perambah, penjahat
layak untuk dibui dan dihabisi
Kau tahu rakyat itu dihajar, ditendang, direndam
Bahkan… dieskusi tanpa diadili
Jika rakyat melawan berkelompok, itu maker, surversif anti kemapanan
Banyak darah, luka, dendam anak bangsa seperti di Talang Sari
Banyak janda, anak-anak yatim sebagai saksi
Kau biarkan rakyat penuh ketakutan di bumi serambi mekah
Demi tambang dan gas bumi
dan itu perintah asing
Kau berkuasa melebihi raja
Negara hukum lenyap seketika, keadilan memang tidak ada
Demi kepentingan kroni dan konglomerat
Rakyat tidak boleh protes dan bersuara, itu juga kepentingan kroni
Kau tertipu, mungkin ada suara rakyat yang baik hati
Sekedar peduli, dan jauh dari iri dan dengki
kau musuhi teman sejati
Kau menyesal, meratapi, mungkin menangis seoarang diri,
karena belahan hati bagian dari kroni
kau tidak berbuat untuk memperbaiki, seperti merestui
Kroni-kroni semakin meraja lela
merampok, merekayasa, membagi bukan hanknya
abdi rakyat, abdi Negara ikut berpesta sampai lupa
sekedar dapat kelebihan upeti
itu mengorbankan harga diri
Kau tidak dapat apa-apa, kecuali cemeeh dan cendala
Kau dianggap tidak berjasa,
Walau orang tahu, karena anda Republik ini masih ada
kami tahu kau bersahaja
Kau merasa ditipu, dihianati dan dibohongi agar kau bisa berdiri
Kau tidak tahu kroni bermain api
bersembunyi karena kau punya wibawa
jejak pendapat setuju kau dimaafkan
memang itu ciri rakyat yang bermartabat
kami tahu kau tidak mau menyakiti
kami tetap simpati dan tidak membenci
semoga menjadi cermin diri
bagi yang berkuasa pewaris kekuasaan negeri ini
semoga…!
Ceruk kamr, 1 Juni 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU