RENUNGAN HARI INI Pesan Rakyat untuk Penggede “BENGKULU FOROS MARITIM IMPIAN YG LAYAK DIUJUDKAN”

RENUNGAN HARI INI
Pesan Rakyat untuk Penggede
“BENGKULU FOROS MARITIM IMPIAN YG LAYAK DIUJUDKAN”
Ketika Soeprapto Gubernur Bengkulu di Era Orde baru dan diklim sebagai gubernur terbaik di era itu, ia membangun sebuah pelabuhan berkelas internasional yakni “Pelabuhan Samudra Internasional Pulai Baai, di samping mendirikan Perguruan Tinggi Negeri yang bernama UNIB, yang waktu itu direkomendasikan oleh Dikbud belum saatnya, mendirikan perguruan tinggi berupa universitas, tetapi tekad bulat Gubernur tetap terujud. Pembangunan Pelabuhan Laut Pulau Baai menjadi ikon Bengkulu pada waktu itu, Dengan pembangunan ini, mungkin kita pada waktu itu hanya berfikir bahwa sang gubernur yang sering blusukan dan melakukan penyamaran (yang sekarang banyak ditiru oleh pejabat), ke berbagai daerah hanya untuk membuka isolasi provinsi termuda pada waktu itu, dan kita setuju karena Bengkulu termasuk daerah yang bukan wilayah transit, jadi katagori terisolasi melekat pada wilayah yang menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno, yang identik dengan ipedemi malaria, nggak tahu apakah Sang Proklamtor kena penyakit malaria dari Bengkulu atau dari tempat pengasingannya yang lain, karena Belanda menempatkan Soekarno di darah-daerah yang rawan malaria seperti, Ende, Muntok, bahkan di Penjara Banceuy dan Sukamiskin, dll, sehinga pada malam saat mau memproklamirkan kemerdekaan Indonesia Soekarno kambuh lagi malarianya.
Gubernur Soeprapto tetap terkenang, walaupun silih berganti telah banyak Gubernur setelah beliau, gubernur pengganti juga telah menorehkan berbagai prestasi dan dan program yang dapat dirasakan oleh masyarakat Bengkulu, termasuk Gubernur H. Junaidi Hamsyah yang telah berhasil merubah status STAIN Bengkulu menjadi IAIN Bengkulu meneruskan usaha besar dari Gubernur sebelumnya H. Agusrin M. Najamudin, ST. bersama seorang pemimpin IAIN yang punya visi kedepan, dengan program yang tertata baik dan targetnya rialistis, bagi kami keluarga besar IAIN bersyukur dan berterima kasih, walaupun selangkah lagi perjuangan yang masih perlu diusahakan merubah IAIN Bengkulu menjadi UIN Bengkulu, ini penting, karena melaui UIN lah integrasi ilmu akan mudah dapat diimlementasikan, sehingga tidak ada lagi dikotomi ilmu dalam pendidikan, yang memang menghambat kemajuan bangsa dalam mewujudkan tujuan nasional di bidang pendidikan, jika UIN Bengkulu terujud Insya Allah, yang pertama untuk fakultas umum, kami akan membuka Fakultas Kelautan dan Kemaritiman, ini sudah kami diskusikan di kampus hijau Pagar Dewa.
Lalu apa kaitannya dengan foros maritim,…sekali lagi mari kita berfikir realistis penuh visi kedepan demi kesejahteraan masyarakat Bengkulu yang kita cintai ini, Bengkulu dikatdirkan sebagai wilayah yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera, membujur berhadapan dengan laut lepas Samudera Indonesia, garis pantainya luar biasa sepanjang 525 KM. rasanya nggak banyak provinsi di Indonesia yang mempunyai garis pantai sepanjang ini. Jadi menurut saya tidak benar kalu ada yang beranggapan bahwa Bengkulu, punya nasib sial dalam pembagian wilayah, kenapa harus membujur, seharusnya dibagi saja secara melintang, maka provinsi Bengkulu akan mempunyai wilayah lautan dan luas juga daratannya, dan berbagai kota mungkin akan menjadi kota transit, fikiran seperti ini menurut saya tidak logis, disamping menyalahi takdir juga bertentangan dengan fakta sejarah dan itu jelas tidak baik, kata orang melawan takdir hanya baik untuk merubah nasib, bukan untuk merubah bentuk wilayah...hahahah, ini bisa berbahaya…buktinya sudah ada dulu pejabat dengan candanya tapi ditanggapi dengan serius oleh sebagaian orang…dan candanya keterlaluan, mau merdeka, kitakan sudah merdeka, masa merdeka dua kali…ya itu jelas tidak mungkin, ya namanya candaan, jangan ditanggapi serius.
Foros maritim, baru terdengan di era Gubernur baru yang bernama H. Riduan Mukti, tapi kalau usaha untuk memaksimalkan potensi laut dan memanfaatkan pelabuhan P. Baai, sudah pernah saya dengar, waktu itu saya masih kuliah, sempat bersilaturahmi dengan seniot dan tokoh politik nasional yang kebetulan mengabdikan dirinya di Bengkulu yakni Kakanda H. Hudari Hamid (alm), tercetus oleh beluai waktu itu sekitar 30 tahun yang lalu, waktu itu kalau nggak salah acara buka bersama anak-anak HMI Cab. Bengkulu di kediaman beliau rumah lamanya di Lempuing, dan biasa rumah beliau tempat berkumpul anak muda dan mahasiswa. Bang Hud (nama akrab yg biasa kami panggil waktu itu), bercerita panjang tentang kondisi Bengkulu, salah satu idenya ingin memanfaatkan ikan-ikan kecil tangkapan nelayan yang harganya tidak seberapa kalau tidak mau dikatakan tidak berharga pada waktu itu. Cobalah adik-adik fikirkan bagaimana kalau ikan-ikan kecil tangkapan nelayan tradisional itu dikumpulkan, sebagai bahan baku pakan ternak dibaut pilet, pasti mempunyai nilai ekonomi tinggi…tapi pemerintah harus bikin pabrik pakan ternak…ide Almarhum Bang Hud…menurut saya super sekali, seandainya 30 tahun yang lalu kita sudah punya pabrik pakan ternak mungkin, pakan ternak dari Bengkulu sudah terkenal dan menjadi kebutuhan masyarakat, termasuk masyarakat jawa barat yang terkenal bagus perikanan daratnya…yah itu, hanya ide…dan sebatas ide…tapi dia sudah memikirkannya, realisasinya sampai sekarang tidak terwujud, bukan salah Bag Hud…beliau hanya anggota DPRD tidak pernah diberi kesempatan untuk menjadi Gubernur…kalau beliau jadi Gubernur mungkin lain ceritanya…ya nggak tahu. Di penghujung Pemerintahan Gub. Agusrin, jilid I, ada juga pernyataan salah satu Kepala Dinas/Wakil Perindustrian yang melontarkan ide untuk membuat pabrik pakan ternak, terutama utuk sapi dari bahan baku limbah sawit, ini juga tidak kesampaian.
Dulu waktu saya masih muda…hahaha…masih muda…?, ya kira—kira umur 23-27 tahun lah… saya pernah ikut kegiatan tingkat nasional, berupa P4, pola 144 jam, lalu ikut Tarpadnas di Jakarta, yang diselngggarakan oleh Mabes TNI bekerjasama dengan Menpora selama 1 bulan, sekarang ada lagi kegiatan itu tapi waktunya hanya 7 hari, yang dilaksanakan di horizon beberapa bulan yang lalu. Pada kesempatan itu, didalam suatu diskusi, dengan beraninya, dengan penuh semangat anak muda, ya namanya anak muda…saya juga dua kali ikut Kongres Pemud/KNPI, di Jakrta periodenya Bung Tubagus Haryono dan Bung Tjahyo Kumolo (Mendagri sekarang), saya sampaikan uneg-uneg bahwa perlunya pemerataan, kenapa para pengusaha rokok semuanya harus di jawa, padahal bahan bakunya tembakau dan cengkeh banyak di luar Jawa, begitu juga semua pabrik sepatu berderet di mulai dari Cilegon bahkan sudah dari Merak sudah ada cobalah di bagi ada dibuat di Bengkulu, itu kita bisa lihat karena ke Jakarta waktu itu biasanya jalan darat, walaupun di kasih tiket pesawat PP tetap jalan darat tiketnya bisa diuangkan…hahaha lumayan utuk tambahan belanja di Jakarta….. lain ceritanya, jika kita dikasih Pabrik 1 sekelas rokok Jarum, berapa tenaga kerja bisa terserap…itu dulu, pusat yang ngatur terserah dia…bahkan uang saja beredar 80% ada di Jakarta daerah tinggal 20% yang harus dibagi-bagi ke 27 provinsi…pusat cuek aja...merasa nggak ada dosa…padahal sumbernya dari daerah, PT Arun LNG di Lhoksemawe Aceh Utara, waktu itu menyumbang 30% APBN, tapi apa yang didapat rakyat Aceh, saya sudah nginap seminggu pada bulan Juli Tahun 1987, di kompleks PT. Arun di situ serba ada kaya bukan di negeri kita, mau makan tinggal tunjuk aja kepada kokinya, mau makan masakn Erofa, Jepang, Korea tentu juga Indonesa yang mewah ada dan kalau kita sudah di dalam kompleks semuanya gratis, hanya masuknya saja tidak sembarangan, tetapi kalau kita keluar kompleks, miris kita melihat saudara kita disana, tidak beda dengan kita di Bengkulu yang tidak punya sumber Gas, belum yang lain….ya itulah saya berani bicara karena tau faktanya. Kalau nggak percaya, tanyakan saja kepada teman seangkatan saya jumlahnya 100 orang, salah satunya H. Patrice Rio Capella Mantan Anggota DPR-RI dan Partai Nasdem, Rio orang pintar aset daerah dan bangsa Indonesia masa depan waktu itu ia mewakili KNPI Bengkulu, saya dapat mandat dari Gema MKGR Pusat, ditandatangani Bang Tantyo AP. Soedarmono…hebat saya…hahhaha, itu dulu…mungkin ada yang teringat kata-kata saya dan salah satu instrukturnya ada orang Bengkulu yakni Pak. FS. Alwie, yang sekarang menjadi ketua PMI Provinsi Bengkulu beliau masih ada sekarang, bahkan beliua juga pernah penjadi ketua panitai kegiatan pemuda di Jakarta. Ya…jawaban para instruktur hampir-hampir sulit dipahami akal sehat dan teori-teori umum yang arahnya sudah dapat kita terka, tidak lebih dari koor mendukung gerbong satu arah, jika menyimpang berarti melawan arus..bahaya…
Lain dulu, lain sekarang kini Kepala Daerah diberikan kebebasan untuk berinovasi, mencari berbagai sumber pendanaan untuk mensejahterakan rakyatnya, beruntung kepala daerah yang sumber uangnya banyak, tinggal mengolah saja, seperti DKI, RIAU, Sumsel, Kaltim, Jawa Barat dan lain-lain, tapi Bengkulu…dibutuhkan Kepala daerah yang benar-benar punya gagasan cemerlang kalu mau maju, dan dikenang rakyatnya sepanjang masa seperti Soeprapto…kalau sekedar mencari aman ya cukup berintegritas implementasinya kejujuran, profesiaonal, dimaknai paham aturan, bertanggungjawab dan keteladanan maksudnya pasang badan, jangan dialihkan kepada orang lain, …amanlah untuk lima tahun, mungkin sudah kembali modal…jika memang keluar modal banyak…?, Gubernur harus lebih dari itu, ia orang nomor satu di provinsi, bagi daerah kurang beruntung di bidang sumber keuangan, seharusnya mempunyai keahlian untuk berinovasi.
Optimalkan potensi yang ada, sebenarnya Pak Agusrin M. Najumudin, memenuhi syarat sebagai innovator, tapi sayang dia mengabaikan prinsip-prinsip yang lain seperti integritas, kejujuran dan tanggungjawab…sehingga kita terperangah dan menyayangkan ketika ia harus berhadapan dengan masalah hukum yang menjeratnya, jika tidak terjadi itu sudah nampak inovasinya, saya sangat tertarik dengan program beliau untuk membuka jalur Kereta Api, bahkan mendorong untuk membuat jembatan selat sunda…wah luar biasa.
Ridwan Mukti, melemparkan ide foros maritim, ini menurut saya ide brilian, faktanya memang bisa menjadi program pokok, ada pelabuhan, ada laut dan ada masyarakat nelayan. Bahkan langkah-langkahnya sudah disebutkan antara lain: membuka akses jalan dengan mengembangkan infrastruktur dasar, sehingga akses dari Lampung menuju Sumatera Barat bisa lancar sehingga bisa dilewati kendaraan bermuatan hingga 40 ton ataupun truk gandeng…wow, sama dengan Agusrin mau membuka lajur Kereta Api, statsiunnya sudah berdiri di dekat P. Baai. Kemudian memfungsikan secara optimal pelabuhan yang sudah ada (Linau, Muko-muko dan P. Baii). Selanjutnya memodernisasi alat tangkap nelayan, selanjutnya membangun dan memperbaiki trumbu karang…luar biasa jika ini bisa terujud…Tetapi tetap kalau menurut saya buatlah Pabrik besar yang berkaitan dengan tangkapan ikan di Pelabuhan P. Baai, ya terserah bapak, mau pabrik pakan ternak seperti ide Bung Hudari, atau pabrik pengalengan ikan…ya tanyakan kepada yang ahlinya yang mana yang lebih bagus, bisa Tanya ke LIPI, Tanya ke Kementrian Kelautan atau ke Perguruan Tinggi seperti Fak. Perikanan IPB…, ITS, UGM dan sebagainya, pak Gubernur beserta stafnya pasti tahu…kalau mau hemat Tanya saja kepada konsultan mas Gugel….hahahah. kalau Tanya saya, paling saya jawab tentang ZEE dan hak teritorial pengelolaan hayati laut… dan hukum penenggelaman kapal pencuri ikan…. itupun saya harus belajar dulu…,?
Lalu bagaimana petani, ya penting juga…keluarga saya kebetulan petani semua, belum ada yang terjun ke nelayan, ternyata Pak Ridwan yang namanya identik dengan penjaga surga (ini joke dari Gubernur sendiri, saya sudah dengar dua kali di mengatakan namanya diabadikan sebagai penjaga surga, berbeda dengan Bupati Kaur penjaga pintu Neraka dan Ketua KPU Pusat yang namanya ada “Malik” nya). Sudah memikirkan itu, ketika menymapaikan sambutan pada acara pembukaan Muswil KAHMI di Balai Raya semalam, dia ungkapkan bahwa petani kita selalu meminta bibit, pupuk, perbaikan irigasi, berarti itu masih menjadi masalah dan belum selesai, seharusnya sudah diselsaikan, tapi apa boleh buat harus diselsaikan juga. Kedepan harus diupayakan bagaimana petani tidak lagi meminta hal-hal seperti itu, tetapi bagaimana meningkatkan nilai ekonomis dari hasil pertanian tersebut, kalau ia petani singkong, seharusnya ada pabrik tepung tepioka, kalau petani jagung, harus ada nilai tambah dari panen jagung petani tersebut…demikian juga yang lain,…kalau kayak gini pak Gub…saya rasanya tidak sulit, petani kita cukup ahli dan sudah teruji untuk mengatasinya, hanya saja bimbngan dan inovasinya harus diberikan….ya urusan ini Faperta UNIB, sudah mampulah untuk diminta pendapatnya….Profesornya banyak….doktornya apalagi…dibirokrasi juga lengkap SDM-nya, saking banyaknya lulusan pertanian, angkatan saya banyak yang jadi PNS dari Pertanian jadi pegawai BKKBN/Kabe, yang kerjanya ngurusi orang supaya tidak punya anak, tapi sekarang sudah nggak lagi.
Sekarang ini, menjadi Pejabat itu pada prinsipnya sudah enak, rakyat paham beratnya tugas seorang pejabat selevel Gubernur, dan masyarakat mau membantu keberatan dan kesulitan Gubernur, hanya saj kadang-kadang kurang paham apa yang mau dibantu…programnya tidak jelas, dan rakyatpun matanya banyak, kalau ada gejala tidak beres pasti rakyat menjauh…tapi kalu ditunjukkan betul ketulusan, keikhlasan dan benar-benar tidak mau korupsi….yakinlah rakyat akan sayang, dan berusaha untuk sama-sama bangkit, kan ada contohnya seperti Walikota Surabaya, Walikota Bandung, Bupati Batang, Bupati Banyuwangi dan lain-lain. Semoga…!
Kamsia Apresiasi
Ceruk Kamar, 1 Mei 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU