MOMENTUM HARKITNAS 20 MEI 2016 “Bangkit dari Penjajahan Kemiskinan”

MOMENTUM HARKITNAS 20 MEI 2016
“Bangkit dari Penjajahan Kemiskinan”
Tanggal 20 Mei 2016, bangsa Indonesia kembali akan memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-108, Hari Kebangkitan Nasional diperingati sebagai tongak sejarah, tumbuhnya nasionalisme secara terorganisir, pada tanggal 20 Mei 1908 berdirilah Boedi Oetomo. “Boedi Oetomo” (BO) yang dimaknai secara harpiah Boedi artinya perangai atau tabiat atau mungkin dalam istilah sekarang ini bisa disebut karakter, sedangkan Oetomo, bisa jadi dimaknai yang utama atau baik dan luhur, ya artinya kira-kira begitu kalau mau pastinya lihat buku sejarah, atau kepada pendirinya, tapi semuanya sudah meninggal, mudah-mudahan istilah itu tidak jauh dari pemaknaan di atas. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa BO tidak layak dijadikan sebagai tonggak sejarah Harkitnas Indonesia, karena para tokohnya itu sebenarnya tidak Indonesain tolen. Menurut Ahmad Mansur Suryangera, sejarawan yang banyak mengoreksi penyimpangan-penyimpangan sejarah di Indonesia ini juga menyebut BO sebagai organisasi yang bersifat kedaerahan (https://qibash.wordpress.com).
Sejarah mencatat beberapa orang tokoh pendiri BO yakni: Soetomo, M. Soeradji, Muhammad Saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, Soewarno, R.M. Goembrek, dan R. Angka. Kemudian beberapa tokoh pergerakan lain juga mendirikan beberapa organisasi sosial antara lain: Pada tahun 1912 Dr. Dowes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan KI Hajar Dewantara, mendirikan partai politik pertama Indische Partij berdiri. Ditahun 1912 itu juga berdiri Sarekat Dagang Islam (Solo) yang didirikan oleh Haji Samanhudi mendirikan, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta serta Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang Jawa Timur. Dan Puncak kebangkitan Nasional itu di tandai dengan Ikrar Soepah Pemoeda yang di pelopori oleh Muhammad Yamin dan kawan-kawan pada tahun 1928.
Indonesia tidak kekurangan untuk menacari pigur atau pelopor, masa lalu sebagai pejuang sejatai tanpa pamrih demi kemerdekaan dan kesejahateraan rakyat, tokoh-tokoh nasional tersebut berjibaku memperjungakan dirinya dan masyarakat Indonesia agar terlepas dari belenggu ketidak adilan Penjajah khususnya Belanda, yang begitu masip menjadikan bangsa Indonesia sebagai sapi perahan diluar batas-batas kemanusiaan…sejarah mencatat betapa menderitanya rakyat kita dengan adanya sistem tanam paksa, kemudian kerja rodi dan penyiksaan-penyiksaan yang luar biasa, saya masih teringat sewaktu Pak. Drs. H. Adjis Ahmad ketika beliau masih menjadi Bupati Bengkulu Selatan dan bertindak sebagai Pembina Upacara, sempat terlontar dalam pidatonya bahwa nenek moyang kita, sewaktu pembuatan jalan dari Anyer ke Panarukan, telah menelan korban ribuan orang dengan kerja Paksa baik karena kelaparan atau dibunuh oleh Belanda tanpa kesalahan yang berarti, bahkan Pak Adjis yang kemudian menjadi Gubernur Bengkulu itu mengatakan bahwa nenek moyang kita dulu yang dipaksa membuat jalan sepanjang pulau jawa diberi makan oleh Belanda yang hanya layak untuk diberikan pada binatang ternak, karena antara campuran nasi dan sekamnya hampir berimbang.
Penderitaan dari penjajah Belanda memang luar biasa kejamnya, kata orang walaupun sama-sama penjajah masih mendingan di jajah Inggris, walaupun sama-sama datang dari erofa tapi perlakuannya berbeda, lihatlah negeri Malaysia tidak begitu menderita nenek moyangnya dibandingkan dengan kita bangsa Indonesia. Sumber kekayaan alam hasil tambang, hasil bumi bahkan peninggalan-peninggalan kejayaan bangsa Indonesia zaman dulu, habis diangkut oleh Belanda, jika masih ada itupun, tidak bisa dimanfaatkan, karena tersimpan di Bank Swiss dan dihutang Amerika dengan perjanjian koletorial yang antara ada dan tidak ada.
Jepang juga biadap tapi kita punya semangat dan harga diri, karena diiming-imingi akan dimerdekakan, dan itu sangat berarti bagi bangsa Indonesia, yang tertindas, walaupun kenyataannya sama-saja, penjajah tetap penjajah, dan Indonesia merdeka harus diperjuangkan sendiri, tanpa campur tangan bangsa lain, hebat the Founding Fathers kita…semoga surga tempat mereka di alam baka, sesuai amal dan kebajikannya…Amiin.
Sekarang Indonesia telah merdeka, rintisan itu dimulai tahun 1908, 108 tahun yang lalu dan jelas BO menginginkan Indonesia merdeka, walaupun ada kritik sejarah mengatakan bahwa BO sebenarnya hanyalah keinginan kelompok kecil dan belum berwawasan nusantara seperti momentum yang di ikrarakan pada tahun 1928, yang secara terperinci memperjuangkan Negara untuk merdeka, dan baru berkhasil di proklamirkan pada tahun 1945, dan tokoh-tokohnya juga terlibat dalam pergeraan tahun 1928 tersebut.
Jadi merdeka itu penting, sama pentingnya dengan perjuangan untuk kehidupan itu sendiri, merebut kemerdekaan adalah wajib sama halnya dengan kewajiban manusia untuk mempertahankan kehidupan. Tetapi kemerdekaan bukan tujuan akhir, kemerdekaan kata Bung Karno adalah jembatan emas bagi bangsa Indonesia untuk hidup lebih baik, sama halnya kehidupan bukan tujuan, tetapi hidup lebih baik dan selamat dunia dan akhirat itulah tujuan yang hakiki. Itulah kemerdekaan, yang akan dititi oleh rakyat Indonesia untuk mencapai kesejahteraan bersama, di dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 dinyatakan dengan tegas bahwa “…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,…” Perumus Pembukaan UUD 1945, dengan arif dan bijaksana meberikan tuntunan agar anak cucunya nanti bisa melaksanakan tujuan bernegara tersebut.
Lalu menjadi pertanyaan, apakah tujuan kemerdekaan itu sudah tercapai, jawabannya pasti beragam tergantung siapa yang bertanya dan criteria apa yang menjadi ukuran, oleh karena itu jawabannya ada pada diri kita masing-masing…, jika anda bertanya kepada 400 orang pengusaha Indonesia yang menguasai seluruh kekayaan Indonesia, pasti jawabannya sudah merdeka, tapi jika tanyakan kepada 30-40 juta rakyat Indonesia yang miskin, jelas jawabannya akan berbeda…., inilah wajah Indonesia, jauh dari pesan yang disampaikan oleh pendiri bangsa ini, yang mengharapkan kesejahteraan bersama….lah kalu begitu bukan tujuan bersama, itu tujuan perorangan, yang dimaksud pendiri bangsa ini adalah tujuan bersama, untuk menjawab itu berarti harus dengan fakta, bukan dengan selera masing-masing.
Faktanya masih ada 30 juta rakyat Indonsia belum sejahtera, atau kata kasarnya kemerdekaan masih menyisahkan rakyat yang miskin, gambaran kemiskinan Indonesia juga sangat memprihatinkan…penyebabnya banya salah satunya juga mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. (Dadan Hudayana (2009:30).
Kalau begitu kemiskinan di Indonesia bukan karena bencana alam, perang, atau ketiadaan sumber daya alam, hanyalah persoalan integritas dan inovasi serta akibat perbuatan manusia baik oleh orang lain atau simiskin itu sendiri. Nampaknya pendapat Dadan di atas rada mirip dengan pendapat Franz Magnis-Suseno (1986:362), … Kemiskinan itu bukan masalah nasib, tetapi masalah ketidakadilan akibat struktur cara berproduksi”., jelas bahwa kemiskinan itu buatan manusia, kalau nasib baru buatan pencipta. Menurut Word Bank dalam penelitianya kemiskinan di Indonesia sangat berbahaya, karena antara si miskin dan si kaya jauh sekali kesenjangannya… “Saya merasa sekarang kondisinya tidak adil,” kata Nandang, seorang buruh tani di Jawa Barat. “Yang miskin terus hidup susah, tapi yang sudah kaya bisa gampang jadi lebih kaya. Kalau pemerintah bisa membantu, saya ingin punya pekerjaan yang lebih bagus.” Rasma mendorong gerobaknya keliling kota Jakarta untuk menjual es buah. Ia merasa dirinya salah satu yang tertinggal. Meski tiap hari bekerja dari jam 4 pagi hingga jam 10 malam, Rasma masih sulit memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari (http://www.worldbank.org).
Nandan dan Risma, mewakili 30 juta rakyat Indonesia, bahkan lebih dari itu, inikan data dari pemerintah, data dari Wordbank ada 39, 04 sampai 43, 92 juta… ya bisa saja berbeda mungkin ukurannya yang tidak sama. Yang jelas masih banyak rakyat Indonesia masih miskin dalam pengertian tulisan ini belum tercapai tujuan kemerdekaannya, yang dimanatkan oleh pendidri bangsa ini. Lalu kalau belum merdeka siapa yang menjajah si miskin tersebut, mereka tinggal di Indonesia, dan itu jelas Negara yang sudah merdeka tidak ada lagi penjajahan di Indonesia sejak 17 Agustus 1945.
Logikanya kalau belum merdeka pasti ada yang menjajah, hanya saja harus dicari siapa penjajah, ada Negara penjajah (imprialis), ada Negara yang terjajah. Ada orang miskin di Indonesia ber arti ada orang kaya, loh…hukum silogisme berlaku dan konklusiny orang kaya Indonesia menjajah orang miskin Indonesia juga.
Orang kaya tidak mungkin, menjajah orang miskin karena orang kaya tersebut dulunya juga orang miskin, hanya saja orang miskin dulunya juga orang miskin, dan tidak mungkin pula orang miskin menjajah orang kaya, di samping tidak punya senjata lagipula jumlahnya tidak berimbang, apalagi kalau penjajahan bentuk lain seperti penjajahan di bidang ekonomi, masih banyak orang kaya di Indonesi ini, masa orang miskin menjajah secara ekonomi orang kaya. Paling-paling demo kepada orang kaya. Supaya tidak ribet, dan tidak saling salah-menyalahkan, maka kita ambil kesimpulan saja negaralah yang menjajah rakyatnya…waw, bahya ini, saya tidak sanggub menganalisisnya, bahaya cik, bisa dituduh memfitnah negara.
Tetapi kalau menurut Mubiyarto yang mengutip pendapat M. Redo Eisy (1990:21), Perkembangan sejarah mengajarkan kepada kita bahwa hakekat penjajahan yaitu penghisapan satu bangsa oleh bangsa yang lain tidak berhenti, setelah masa kemerdekaan tiba. Hakekat penjajahan itu tetap berlangsung hingga kini dalam bentuk yang lebih halus, lebih sopan, tetapi lebih kuat daya hisapnya, dan lebih sulit melawannya. Bentuk yang paling umum dari penjajahan model baru ini adalah penjajahan ekonomi di antaranya melalui cengkeraman Multi National Corporation. Pendapat ini juga di dukung oleh Syafeii Maarif, (2005) bahwa Keserakahan segelintir orang sekarang harus dihentikan, dengan melakukan penegakan hukum, dan sikap tegas pemerintah. Mereka yang serakah sering berlindung di balik Pancasila semata-mata untuk menutupi syahwat kekuasaan sebagai agenda tersembunyi.
Penjajahan gaya baru adalah penghisapan kekayaan bangsa Indonesia yang belum bisa diatasi mulai dari penjajahan dulu sampai sekarang,…lantas kita akan pasrah begitu saja dengan penjajahan seperti itu, sungguh naïf, Indonesia adalah Negara besar, Indonesia mewarisi kejayaan masa silam, Indonesia adalah bangsa pejuang, dan saat ini tetap akan berjuang sekali layar terkembang pantang surut ke belakang. perjuangan memang masih panjang, dan hari ini musuh semakin banyak, bukan saja penjajahan ekonomi dari Negara adi daya, seperti disebutkan oleh Moebiyarto, tetapi juga penjajahan oleh segelintir orang yang haus kekuasaan seperti di katakana oleh Pak Safeii Maarif.
Penjajahan oleh bangsa sendiri yang dilakukan kelompok haus kekuasaan, melalui sabotase, manipulasi, penyalahgunaan kekuasaan sampai kepada menjual martabat kebangsaan demi kekuasaan ada di Indonesia, sinyalmen itu terlihat jelas dari merebaknya korupsi, bisnis barang haram seperti narkoba, dan hancurnya moral anak bangsa akibat rencana kapitalis yang akan meracuni seluruh dunia dengan tipu daya dan jeratan hutang agar selalu ketergantungan termasuk Indonesia.
Sebagaimana di sinyalir oleh mantan Ketua KPK Abraham Samad menurut Abraham Samad, nyaris 50% perusahaan tambang di Indonesia tidak membayar royalti ke Pemerintah. Angka itu menurut Abraham Samad berkisar di angka Rp. 20 ribu Trilyun. "Coba dibagi dengan 241 juta jiwa. Maka kita akan menemukan angka pendapatan terendah adalah Rp 30 juta per bulan," kata Abraham Samad. "Pernah saya tanyakan ke pengusaha tambang, kenapa tidak bayar royalti. Ternyata karena uang mereka yang keluar lebih besar dari pada royalti untuk suap oknum aparatur pemerintah, sinyalmen ini juga diakui oleh Pemerintahan sekarang Rizal Ramli mengatakan seandainya Freeford diolah sendiri oleh anak bangsa, maka rupiah Indonesia akan bernilai hitungannya bisa Rp. 2.000,- = 1 $ US. Menurut Hadiyanto Direktur Jenderal (Dirjen) Kekayaan Negara Kementerian Keuangan. Kekayaan negara nggak bisa dihitung, karena nggak terhingga. Semua hal bumi, air dan kekayaan udara, berat karena udara juga harus dihitung. Terserah anda kalau ini adalah data lebay tak berguna, tapi nyatanya demikian, silakan kalau ada yang mengatakan sebaliknya, itu juga hak anda. Mari kita menggagas dan saling galang gagas untuk merajut bangsa ini, agar cepat keluar dari keterpurukan, dan menyadarkan orang-orang yang selalu bangga dengan kegagahan sesaat.
Hari ini Indonesia merasa kuat, karena dibangkitkan semangat Harkitnas, tapi ingat Indonesia kini sedang sakit dan masih dalam pemulihan, politik yang tidak sehat moralitas bangsa kian merosot menambah lama fase pemulihan. Ada geliat pemerintah bersungguh-sungguh memberantas korupsi, tetapi terkesan lamban dan tidak bernyali, menjadikan gerakan anti korupsi sebagai symbol perlawanan, masih jauh dari kenyataan, ini terbukti masih banyak uang rakyat yang belum kembali.
Momen Hardiknas ke-108, adalah angka yang baik untuk memulai, angka delapan adalah angka penjumlahan 1+7 yakni tanggal kemerdekaan Indonesia, angka 10, angka mulai ada dan tidak ada jadi tergantung kita mau pilih yang mana…? Hahahahah…ini rekaan saja.
Dan jika anda sepakat masih ada penjajahan dianatara kita, mari kita perangi penjajah dan itu adalah penjajahan kemiskinan….!
Kamsia Apresiasi
Ceruk kamar, 20 Mei 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU