APLIKASI IDEOLOGIS, NASIONLAISME DAN HUKUM SUATU RENUNGAN DITENGAH TRAGEDI KEMANUSIAAN

APLIKASI IDEOLOGIS, NASIONLAISME DAN HUKUM
SUATU RENUNGAN DITENGAH TRAGEDI KEMANUSIAAN
Kajian ideologi memberikan kesan kepada kita sebagai muara timbulnya paham-paham dan diaplikasian dalam praktik penyelenggraan Negara, dan bagi kalangan akademisi menjadi alat bantu untuk meneropong arah kemana suatu Negara akan dibawa, dan ini biasanya kajian-kajian akademis bagi yang menggeluti ilmu politik, pemerintahan dan hukum. Bolehlah ketiga disiplin ilmu ini merupakan tiga serangkai penentu kebijakan secara umum. Jelas seperti dikemukakan oleh Gellner adalah sebuah prinsip politik yang menganggap bahwa politik, pemerintahan dan hukum sebuah segitiga yang bersisian, sedangkan nasionalisme melekat pada aplikasi ketiga disiplin ilmu tersebut. Hukum bukan hanya bicara kepastian tetapi mengarahkan orang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan kehendak Negara, ini yang dipahami oleh Roscoe Pound bahwa hukum sebagai alat rekayasa sosial. dan hakim mewakili itu dalam membuat keputusan, dan tepat untuk negra2 yang menganut common law. Jadi hukum bukan alat legitimasi penguasa untuk menjawahtahankan ideologi yang diyakini atau dikehendaki oleh pemerintah. Tapi ingat hakim juga warga negara yang juga taat kepada ideologi negara dan hakimlah seharusnya memberikan saripati nasionalisme melalui putusan hukumnya. Oleh karena itu harus dipahami juga bahwa pendapat Pound sebenarnya cocok untuk menanamkan ideologi dan nasionalisme, mungkin pada segi lain memang pendaptnya harus dikritisi, karena hukum tidak selamanya buatan hakim tapi buatan pemerintah, bisa juga oleh hakim, apalagi Indonesia hukum juga ada yang berlaku dan ditaati dan itu masyarakatnya sendiri yang menciptakannya, dan kadang-kadang hakimpun menuruti suara dari hati nurani rakyat bukan kehendak pemerintah, dan ideologi, nasionalisme dan hukum juga didapat dari nilai-nilai dasar yang ada di masarakat. ideologi kita bukan di imfor tapi asli digali dari akar anak bangsa. Saya tidak mau mendebatkan ini, panjang jadinya, tetapi jika dihubungkan dengan pentingnya nasionalisme ditanamkan sejak dini kepada anak bangsa, menurut saya teori Pound dalam hukum memenuhi keriteria keilmuan, sama halnya dengan teori hans kelsen dan Nawiasky, bagi orang-orang yang mengagungkan positivisme. tapi ingat pesan pakar hukum sekelas Romli ia mengajukan evaluasi mendasar yang disebutnya reorientasi pembangunan hukum nasional. Reorientasi ini meliputi, reaktualisasi sistem hukum yang bersifat netral dan lokal (hukum adat) ke dalam sistem hukum nasional dan penataan ulang kelembagaan aparatur hukum yang masih mengedepankan egoisme sektoral".
Indonesia adalah Negara hukum, itu bunyi Pasal 1 ayat 3 UUD NRI tahun 1945, Negara hukum dalam berbagai teori mulai dari commen law, civil law, Negara hukum komunis sampai kepada Negara hukum Pancasila yang di identikan dengan semangat ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan dan itulah yang menjadi ikon Negara hukum Pancasila yang dianggap lebih sempurna dari Negara hukumnya Amerika yang selalu mengedepankan “Rule of law”, semua harus berdasarkan hukum dan menjunjung tinggi hukum, dan setiap orang sama kedudukannya dimata hukum “Iquality before the law”, pada aplikasinya Penegakan hukum Amerika di tenggarai mempunyai standar ganda, alasannya satu saja untuk menjaga kepentingan-kepentingan warga Amerika dimanapun di berada, demi menjaga peradapan dan hegomeni kebesaran bangsa Amerika, atau menegakan nasionalisme Amerika.
Itu Amerika, dan sah-sah saja bagi dia untuk menjalankan misi-misi individualis dan kavitalis masyaraktnya, dan itu keyakinannya, walaupun dalam praktiknya banyak merugikan Negara lain, dia tidak peduli. Jika perlu Negara siap berkorban demi keyakinan warganya. Negara Amerika akan melindung warganya demi mencapai tujuan bersamanya sebagai ideologi kebebasan yang diadopsi dari semangat “human right”, dan jika perlu Negara akan berusaha sekuat tenaga untuk mengekspor ideologi tersebut ke bangsa lain, agar mudah bagi Amerika untuk membantu rakyatnya mengembangkan diri sesuai dengan kepribadian kapitalis dan individualis. Dan itu berhasil karena didukung oleh kekuatan militer dan pemimpin yang patriotic ukuran Amerika dan sesuai dengan pilihan rakyatnya. Akan tetapi Amerika lupa bahwa di dunia ini bukan satu-satunya ideologi yang diyakini manusia, dan ideologi-ideologi itu cocok untuk suatu wilayah, dan tidak bagus untuk Negara lain. Kenapa Bangsa Amerika yakin betul bahwa ideologinya benar…saya hanya merenung saja, tidak perlu menganalisis dengan teori-teori ideologi besar dunia, semacam pemikiran Marx, Lucacs, atau Gramsci, itu membuat kening berkerut saja sebab sama-sama menunjukkan kebenaran. Oleh karena itu terserah orang jika ini dikatakan salah…alasannya karena rakyat Amerika dulunya adalah bangsa tertindas dan penuh dengan penekanan-penekanan dari Inggris, dan anak cucunya masih merasakan akibat dari tindakan tidak adil bangsa Ingris terhadap nenek moyangnya dan itu diajarkan betul oleh petinggi-petinggi Amerika sampai saat ini, anak-anak sekolah SD di Amerika didoktrin dengan semang kebangsaan yang tinggi, belum dipaksakan untuk belajar hal-hal yang sifatnya mikir dan mengejar prestasi, kalau dia memang pintar ya terserah tetapi ideologi Negara harus tertanam di seluruh manusia anak-anak Amerika. Sehingga jiwa dan semangat kebangsaan tertanam betul disanubari mereka melebihi dari segala-galanya. Coba perhatikan kalau salah seorang aparat mereka gugur dalam menjalankan tugas Negara, yag paling disorot pastilah pada upacara penyerahan bendera Amerika kepada keluarga yang gugur, mulai cara melipat membentuk segi tiga dari bendera yang mejadi penutup peti mati, sampai pada penyerahannya itu yang paling hidmad.
Indonesia punya semangat yang sama dalam menjunjung tinggi ideologi Pancasila, semua potensi dan kekuatan bangsa di arahkan untuk menegakkan dan menjaga agar ideologi ini bisa diaplikasikan dalam setiap relung kehidupan manusia Indonesia. Dan Negara juga rela berkoban demi tegaknya keyakinan masyarakat terhadap kebenaran Pancasila, dan sampai saat ini itu menjadi keyakinan yang utuh. Persoalan di Indonesia adalah pada rana aktualisasi, apa yang ditulis berbeda dengan yang diucapkan, apa yang diucapkan belum tentu itu yang dikerjakan. Setiap senin anak-anak sekolah upacara bendera, ada lagu kebangsaan, pembacaan Pancasila dan renungan suci diiringi musik sambil berdoa untuk para pahlawan termasuk pahlawan pendidikan, dan biasanya wejangan-wejangan dari Kepala Sekolah bahkan sekali-sekali menampilkan Pembina orang-orang yang dianggap bisa memberikan arahan kepada anak didik di sekolah, termasuk saya pernah dijadikan Pembina upacara di salah satu Sekolah Dasar di Kelurahan ketika itu saya sedang menjabat Lurah. Untuk anak-anak SD tentu yang akan dibicarakan perihal kesungguhan belajar, patuh dan taat kepada orang tua, guru dan orang-orang yang wajar untuk dihormati, karena saya pernah P4 tingkat nasional dan pernah ikut Tarpadnas, semangat nasionalisme sedikit disampaikan seperti sejarah Bendera Pusaka dan susahnya merebut kemerdekaan, ya seputar itu saja, nggak mungkinlah bicara masalah politik ideologi atau program kelurahan terlalu sulit untuk anak seumur itu. Saya tahu juga disekolah-sekolah masih diajarkan ideologi, nasionalisme dan kesadaran hukum, ada PR anak saya tentang itu, dan ternyata sikap nasionalsme itu bisa di rinci sampai ratusan bentuk aktualisasinya…wah banyak.
Setiap insan Indonesia dipastikan masih ada jiwa nasionalisme dan semangat kebangsaan, jujur saya menitiskan air mata ketika saya menerima tanda lulus ketika promotor menyalami saya dan saat itu juga diputarkan lagu “Bagimu Negeri” (Padamu Negeri), saya tertunduk dan meneteskan air mata dan itu bukan kamuflase dan jauh dari pribahasa air mata buaya…benar-benar terasa kecil kita, pengorbanan kepada Negara rasanya juga belum ada, kita diingatkan dengan lagu, yang sebelumnya tidak pernah dihayati dengan serius, saya dulu juga pernah menangis ketika masih mahasiswa dibaiat sebagai Anggot HMI, selepas Maperca…, waktu saya Batra dan Intra tidak ada lagi, baiat-baiatan, kajiannya waw…hebaaat, soalnya instrukturnya memang orang hebat, tokoh nasional dan daerah, teman-teman saya ada yang menangis meraung-raung ketika ayat suci di lantunkan oleh Qori terbaik, biasanya pak. Paimat Solihin yang mengaji, di tengah malam buta dan lampu dimatikan, saya hanya meneteskan air mata saja, sambil mengempalkan tinju, nggak tahu siapa sasarannya sambil merenungi apa yang seharusnya saya lakukan, dan orang lain tidak tahu kalau saya sebenarnya menangis juga dan ketika selesai prosesi itu justru saya sanggup menasihati orang-orang agar tidak perlu menangis dan menghibur mereka untuk tegar membela kebenaran dan keadilan sesuai perintah Tuhan, dan tugas bernegara, sekaligus kewajiban sebagai mahasiswa…itu dulu…justru ketika Lagu “Padamu Negeri” di putar oleh panitia Ujian…saya meneteskan air mata, orang lain mengetahui itu, dan saya masih bisa lihat sekarang di videonya….ya saya menangis jug ketika ibu saya meninggal, dan waktu Bapak saya juga meninggal….saya nggak tahu menangis atau tidak ketika nenek saya meninggal, karena masih bayi, saya tidak sempat bertanya dengan ibu saya….hahahah.
Bukan persoalan menangis atau tidak meneteskan air mata, ketika ideologi, nasionalisme dan hukum dikangkangi, yang penting harus dicari solusi, agar semua itu tidak menjadi bumerang bagi kita semua. Ketika Negara berkeyakinan teroris menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi keselamatan dan ditenggarai membawa ideologi yang berbeda dengan ideologi bangsa, maka jelas mereka-mereka itu sebenarnya tidak memahami hakekat ideologi Pancasila yang sebenarnya. Tapi juga harus dimaknai sama ketika para koruptor penghisab darah rakyat berpesta pora itu juga bagian dari pelecehan terhadap jiwa nasionalisme dan harus sepakat keduanya sama-sama menggangu kehidupan berbangsa dan bernegara. Wajar banyak orang protes ketika ada seorang koruptor ditangkap di luar negeri disambut seperti pejabat tinggi. Tetapi seoarang suyono yang disangka teroris dieksekusi tanpa proses hukum terlebih dahulu, walaupun menurut Kapolri Suyono terpaksa harus dilumpuhkan karena melawan petugas.
Jika saya katakana bahwa kasus YY yang mendapat atensi kemanusiaan luar biasa, dan masuk sebagai tragedi nasional, itu menurut saya merupakan imbal balik dari tersekatnya aplikasi ideologi, nasionalisme dan hukum….pendapat seperti ini pasti ada yang akan mebantah dengan tori-teori yang logis dan penuh dengan kebenaran, sama halnya akan menjadi perdebatan pantaskah perlakuan biadap, keji, dan jauh dari sifat2 manusia, dihukum ringan karena, pengaturannya memang begitu...? bagaimana keadilan untuk korban....? dan yang selalu memuji kepastian hukum, akan berargumentasi bahwa itu tidak ada kaitannya. Tapi renungan saya jelas bahwa nilai-nilai nasionalisme sudah terkikis habis dibenak orang-orang jahat pelaku pemerkosa dan pembunahan terhadap YY. Mungkin yang lebih tepat memang aplikasi hukum tidak berjalan baik, selama ini khususnya di wilayah itu…masih pantaskah para pelaku setelah menerima hukuman yang ringan, menurut korban dan orang humanis...tinggal bergabung kembali di tempat yang sama dengan keluarga besar korban...? ini juga pasti tidak akan disepakati terutama oleh aparat keamanan dan Pemerintah setempat, pembelaan pasti ada dan masuk logis dan masuk akal. Mengapa saya katakana bahwa aplikasi ideologi, nasionalisme dan hukum tersendat yang berakibat fatal dan menyedihkan sekaligus memalukan bagi kita orang Bengkulu. Jika logika berjalan, tega dilakukan terhadap anak kecil, berpakaian sekolah, anak baik-baik, satu kampung lagi…kalau satu kampung biasanya masih ada garis kekerabatan walaupun sudah agak jauh, alasannya karena lagi mabok, seberat apa maboknya, apakah ke-emat belas orang itu tingkat maboknya sama…? Maaf …saya pernah juga mabok, tapi mabok kenderaan jalan darat. Dengan kejadian luar biasa terhadap saudara kita YY, bisa menjadi tonggak awal untuk kesungguhan melaksankan amanat Negara apapun profesi kita, dan sesuai dengan kepribadian kita sendiri tidak perlu takut dengan Amerika...…semoga !
Kamsia Apresiasi
Ceruk kamar, 5 Mei 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU