SERAKAH, KORUPSI DAN OBATNYA Pesan Rakyat Kepada Penggede

SERAKAH, KORUPSI DAN OBATNYA
Pesan Rakyat Kepada Penggede
Hidup tenang sejahtera dan pejabatnya tidak ada yang korupsi di sebuah daerah bahkan Negara pasti dambaan semua orang normal, jadi kalau ada yang melakukan korupsi atau suka dengan orang yang korupsi abnormal, menyimpang dari fitrah atau jati diri manusia. Lalu kenapa manusia ingin menjadi orang aneh atau tidak normal, banyak faktor. Para ahli berargumen penyebab terjadi penyimpangan, salah satunya Wakil Gubernur Bengkulu Rohidin Mesyrah pada acara dialog hari ini berteori orang korupsi disebabkan oleh keserakahan, Sehingga para pejabat tidak serakah dan tidak membisniskan jabatannya. Sebab, Rohidin menilai, hidup merasa cukup adalah hal yang susah. “Seluruh kekayaan di dunia ini tidak cukup untuk orang yang serakah,” ucapnya mengutip Mahatma Gandhi.
Keserakahan seseorang akan berakibat kekurangan bagi orang lain, hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh si pulan dirampas oleh si serakah. Serakah adalah sifat-sifat buruk yang tidak layak dimiliki oleh orang yang beragama, berpancasila dan berbudi pekerti dan sangat jauh maknanya dari filosofi manusia. Kalau menurut Ustazd Yusup Mansyur dalam tulisannya menyebutkan, “…seseorang akan berperilaku bengis, dzolim terhadap orang lain, lagi lebih mementingkan kepuasan diri sendiri, keluarga, ataupun para sekutu-sekutunya, ketimbang mempedulikan kemaslahatan umum. Untuk memenuhi keserakahan mereka, tidak sedikit orang harus menempuh jalur ‘kiri’, dalam arti, yang penting tujuan tercapai, tak peduli dengan cara apapun jua, haram-halal dilabrak. Tidak bisa dengan cara damai, jalur paksa pun ditempuh. Buntu dengan negosiasi, cara tak manusiawi, pun terkadang dilakukan Ketika fenomena ini menjalar di tengah-tengah masyarakat, dan menjadi budaya praktek kehidupan mereka, maka bisa dipastikan tatanan hidup sosial tidak akan pernah berjalan harmonis. Yang kaya memeras yang miskin, yang kuat menindas yang lemah, yang pintar mengibuli yang bodoh, begitu seterusnya, dan begitu seterusnya. Tidak hanya itu saja efek negatif yang bisa ditimbulkan oleh orang yang memiliki sifat serakah. Yang paling berbahaya, dia pun akan menantang/durhaka terhadap Allah SWT”.
Itulah, mungkin dalam sebuah tulisan menyebutkan, yang dimaksud dengan serakah dalam bahasa lain disebut Tamak atau Rakus yaitu cinta kepada dunia (hubbud dunya) berupa harta benda terlalu berlebihan tanpa memperdulikan hukum haram yang menyebabkan adanya dosa besar, kalau dalam ajaran Isalm serakah digambarkan dalam sebuah hadits sahih: Jika seorang anak Adam telah memiliki harta benda sebanyak satu lembah, pasti ia akan berusaha lagi untuk memiliki dua lembah. Dan andaikata ia telah memiliki dua lembah, ia akan berusaha lagi untuk memiliki tiga lembah. Memang tidak ada sesuatu yang dapat memenuhi keinginan anak Adam kecuali tanah (tempat kubur, yakni mati). Dan Allah akan menerima tobat mereka yang bertobat” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi). karena serakah menurur beliau (Wagub) berkaitan langsung dengan tertutupnya nilai-nilai rohani para pejabat. Nilai rohani tidak bisa diukur, hanya bisa dilihat dari implementasi gaya hidup dan prilaku. serakah biasanya disebabkan penyakit hati (Qalbun Maridh), bukan penyakit fisik, serakah tetap katagori penyakit, berarti bisa diobati. Sama halnya dengan korupsi yang menjadi penyakit bangsa, untuk itu jangan lelah untuk mencarikan obatnya, kecuali korupsi ini adalah makhluk halus yang tidak mungkin dilawan, oleh makhluk kasar seperti manusia. Serakah sebenarnya adalah penyakit hulunya sedangkan korupsi penyakit hilirnya, mungkin konsep Dr. Jarot W.M, 3 in 1, bisa juga diterapkan untuk masalah ini.
Obat dibuat untuk menghilangkan penyakit, berarti obat fungsinya hanya diperuntukkan kepada orang yang telah kena penyakit, obat diare diminum karena buang air tidak normal, harus dinormalkan dengan Tan Diare (merk obat). serakah adalah penyakit harus diberi obat, obatnya yang sulit ditentukan, harus diagnosis dulu tingkat keserakahannya. Menurut Al-Gazali ada obat yang manjur untuk menyembuhkan penyakit serakah, melaksanakan amalan-amalan lahiriah (ibadah) seperti shalat, puasa, haji, zakat dan sedekah, mencari rizki yang halal, bersifat social dalam masyarakat, berzikir kepada Allah, membaca Al qur'an, ittiba', dan beramar ma'ruf nahi munkar. Kedua dengan menumbuhkan dan melaksanakan amalan-amalan batiniah (akhlak-akhlak yang mulia) seperti taubat, khauf, zuhud, sabar, syukur, ikhlas dan jujur, tawakal, cinta kepada Allah, ridha terhadap qadha dan mengingat mati. Tentang mati ini ada ayatnya: Q.S Al-Syu’ara: 87-89, Allah SWT berfirman: “Dan janganlah Kau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. Ternyata serakah ada obatnya, bahkan tidak perlu jauh-jauh mencarinya, kecuali pergi haji karena tempatnya di Negara Arab Saudi dan harus menunggu bertahun-tahun barus bisa pergi haji, yang lain ada disekitar kita bahkan berada di dalam diri manusia itu sendiri.
Hubungan serakah dengan korupsi menurut Abraham Samad Penyebab orang korupsi yaitu korupsi karena kebutuhan dan korupsi karena keserakahan-ketamakan, Korupsi karena kebutuhan; itu terjadi di/pada mereka yang gaji kecil namun butuh (biaya-uang) untuk membiayai kebutuhan hidup dan kehidupan. Ini terjadi di mana-mana atau banyak tempat. Jumlah, besaran uang yang dikorup pun tak besar, namun sering, terutama berhubungan dengan layanan publik. Korupsi karena serakah, keserakahan-tamak, ketamakan; nah ini memang luar biasa. Bayangkan saja, ada pejabat publik negara yang korupsi walau gajinya lebih dari Rp200 juta/bulan. Lebih dari itu, di Indonesia tak terhitung jumlah pejabat yang korup dengan cara menerima setoran, sumbangan, biaya-biaya tak resmi dari sejumlah perusahaan yang beroperasi di Indonesia.
Apa ada orang korupsi tapi gajinya sudah lebih dari cukup…?, Abraham Samad pasti tau, karena ia mantan ketua KPK-RI, dia berpendapat demikian menurut Donal Fariz aktivis ICW, banyak orang kaya raya di zaman Orde Baru atau pasca-Reformasi yang ternyata tetap melakukan korupsi. Contohnya, pengusaha Hartarti Murdaya Poo. "Dia kaya raya, tapi dia ingin menumpuk kekayaan. Banyak terdakwa lain yang sangat kaya, tapi tamak. Bahkan KPK sendiri yang ditulis dalam suara Pembaharuan online, mengidentifikasi tiga kategori oknum pelaku koruptor yakni dari kalangan orang cerdas, orang kaya, dan penguasa, yang berarti tidak ada orang miskin. "KPK … belum pernah menangkap koruptor dari kalangan orang miskin. Dipastikan yang bersangkutan orang kaya, cerdas, dan menduduki kekuasaan.Hari ini juga hangat diberitakan orang kaya, ketua organisasi olah raga, di duga melarikan diri dan disinyalir terlibat korupsi.
Kalau begitu…bagaimana dengan dialog hari ini, resep apa yang diputuskan untuk mengobati orang-orang yang korupsi…? Maaf pak penggede saya tidak punya resep, karena tidak hadir di dialog tersebut, ya tidak ada undangan, lagi pula saya ada kerja bersama Polda Bengkulu megadakan acara tersendiri yakni sosialisasi pencegahan aliran Radikalisme dan Terorisme yang sama bahayanya dengan korupsi.
Ceruk Kamar, 31 Maret 2016.
Kamsia Apresiasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU