BELAJAR BAHAGIA Bg.2



BELAJAR BAHAGIA    ---  Bg.2


Keponakan saya posting foto di Ultah pernikahan ke-15, tepat tanggal 09 Maret 2016, berarti dua hari bakda milad saya, foto itu luar biasa bagusnya, bukan saja dari segi estitika sebuah foto yang direncanakan, tetapi penuh dengan makna kebahagiaan apalagi di foto itu disertakan buah hati mereka yang cantik-cantik, rizki diberikan tuhan selama mengarungi bahtera rumah tangga yang dipastikan penuh dengan ombak, onak, blantara kehidupan, memang manusia siapapun dia, penuh dengan cobaan, ujian dan peringatan oleh sang khalik.
Ujian, cobaan bahkan godaan justru mendewasakan manusia utuk bahagia. Kebahagian tumbuh dan berkembang seiring dengan keikhlasan dan kesabaran yang menyiraminya. Sama dengan petani yang  baru menanam sayur di kebun, dia sangat bahagia ketika hujan turun, dan hasil panennya di hargai mahal di pasar. Anak-anak bahagia ketika mendapat rangking pertama ujian sekolah, saya juga bahagia mahasiswa saya lulus terbaik, tepat waktu, dan mempunyai keunggulan lebih, karena ia mampu menguasai bahasa asing dengan mahir, sopan serta pintar mengaji.
Ada yang mengomentari tulisan saya di Belajar bahagia bag.1, ia katakana kebahagiaan adalah sebuah perasaan yang positif dan menggairahkan, yang setiap manusia bisa rasakan dari hatinya yang terdalam. Banyak orang berusaha mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang salah dan justru berakhir dengan kehidupannya yang jauh lebih menderita dari sebelumnya.
Pendapat facebooker ini luar biasa makna filosofisnya, intinya positif thinkking, sama halnya fatwa Mario Teguh Golden way dengan salam supernya yang banyak diilhami oleh nilai-nilai moral dan agama Islam, lebih jauh lagi dan sangat mendalam apa yang dinukilkan oleh mahaguru Al-Ghazalie, dalam bukunya Ihya Ulumuddin, intinya jagalah hati agar kamu tetap bahagia, penyakit hati menurut Al-Ghazali berupa, sombong, dengki, iri hati,  dan hasad, penyakit inilah yang menghalangi manusia untuk bahagia.
Saya membaca sebuah posting dari BigHapysize, dalam postingnya ia menggambarkan seorang raja menyuruh salah seorang prajurit Istananya, saya nukilkan potongan tulisan yang bagus itu: ….“Kemari cepat!!. “Kau punya waktu 10 hitungan sebelum kepalamu di penggal. Jelaskan padaku mengapa kau melanggar perintahku. Mana pakaian kebahagiaan itu!” gurat-gurat kemarahan sang raja tampak memuncak. …Dengan airmata berlinang, dan badan bergetar, perlahan prajurit itu mulai angkat bicara. “Duli tuanku, aku telah memenuhi perintahmu. Aku telah menyusuri penjuru negeri, seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, untuk mencari orang yang paling berbahagia. Akupun telah berhasil menemukannya. Kemudian, sang Raja kembali bertanya, “Lalu, mengapa tak kau bawa pakaian kebahagiaan yang dimilikinya? Prajurit itu menjawab, “Ampun beribu ampun, duli tuanku, orang yang paling berbahagia itu, TIDAK mempunyai pakaian yang bernama kebahagiaan.” BigHapySize menyimpulkan: Seringkali malah, kebahagiaan hadir pada kesederhanaan, pada kebersahajaan. Seringkali rasa itu muncul pada rumah-rumah kecil yang orang-orang di dalamnya mau mensyukuri keberadaan rumah itu. Seringkali, kebahagiaan itu hadir, pada jalin-jemalin syukur yang tak henti terpanjatkan pada Ilahi. Sebab, teman, kebahagiaan itu memang adanya di hati, di dalam kalbu ini. Kebahagiaan, tak berada jauh dari kita, asalkan kita mau menjumpainya. Ya, asalkan kita mau mensyukuri apa yang kita punyai, dan apa yang kita miliki.
Keponakan saya yang memposting dirinya dan keluarga, termasuk yang bersyukur di 15 tahun pernikahannya ia tetap langgeng, menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Insya Allah…dan sya pastikan dia sangat bahagia…semoga.

Saya tidak tahu…apa menurut anada bahagia…?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU