GAYA PEJABAT KEKINIAN
GAYA PEJABAT KEKINIAN
“Pesan Rakyat kepada Penggede”
Acara
Mata Najwa, awal bulan maret ini menampilkan fenomena kekinian seoarang
pemimpin, di lihat aktifitasnya sebagai figur pemimpin Kepala Daerah hasil
Pemilukada di era reformasi yang dianggap merakyat dan sangat injoy menghadapai
berbagai problem di daerahnya. Acara ini memang bagus dan perlu untuk
dipublikasikan di halayak ramai. Tetapi menurut saya (pendapat saya), acara
yang dikemas dalam bentuk “Talk Show” tetap mengedepankan misi-misi khusus
bisnis media, dan itu sah-sah saja, alasannya yang lebih di tonjolkan adalah
peran media dalam mempopulerkan seseorang pemimpin, dan tujuan akhirnya jelas agar rating siaran meningkat pulus juga
semakin menebal, melaui iklan yang semakin banyak. Argument saya mungkin salah
tetapi jelas yang lebih dosorot adalah kemahiran kedua pejabat tersebut
menggunakan media untuk mengkampanyekan aktifiatas sehari-hari, bisa melalui
liputan TV, jejaring social seperti FB, Twitter, Instagram, WA dan lain-lain. Bahkan
semua orang dalam aktifitas sehari-hari sulit dilepaskan dengan sarana media sosial,
mulai anak SD, kaum profesional, birokrasi, akademisi bahkan petani yang dibawah
bukit nun jauh disana sangat membutuhkan dunia maya tersebut, asal sinyalnya
masih ada. Saya sebagai akademisi sangat terbantu dengan adanya media sosial
seperti ini, bisa ngoreksi tugas mahasiswa, pelayanan konsultasi dan bimbingan,
tutorial, apalagi adanya kebijakan lembaga, semua yang berkaitan dengan
mahasiswa harus lewat internet dengan program “SIAKAD”. Termasuk dalam
mensosialisasikan ide dan gagasan penting untuk di publikasikan, mengshere
konten, user bebas seperti blog micro blog, twitter, serta virtual lainnya,
termasuk linkedln, facebook, Myspace, Goole dan Gool+. Bisa gawat seandainya
pemerintah menyetop semua yang berbasis ideologi
dan teknologi web. Dan ini bertentangan dengan Resolusi PBB No 20/8 Tahun 2010
tentang Perlindungan dan Penikmatan HAM di Internet (The Promotion, Protection
and Enjoyment of Human rights on the Internet) menyatakan bahwa perlindungan atas kebebasan berekpsresi
mempunyai perlindungan yang sama baik dalam aktivitas yang online maupun yang
offline. Hal ini juga sesuai dengan konstitusi Indonesia, dan turunannya. Ada beberapa
jenis konten yang memang seharusnya di blokir oleh pemerintah, seperti,
pornografi anak, penyebar kebencian, hasutan untuk melakukan genesoid dan yang
menyangkut SARA. Melalui internet banyak hal yang di dapat baik positif dan
dampak negatifnya, tergantung pengguna untuk mawas diri, melalui media sosial
kita lebih muda memahami seorang tokoh.
Tokoh
yang di tampilkan di acara “Najwa Sihab” sebenarnya tanpa media memang keduanya
harus diakui pejabat yang merakyat sudah di ketahui oleh halayak dan walaupun
kurang tepat untuk di evaluasi karena perjalannya masih panjang, dan sebagain
besar rakyatnya masih dalam katagori lampu merah kemiskinan, Ganjar Pranowo (data
dari WI) adalah seorang politikus kawakan, alumnus FH UGM dan juga sebagai
Ketua KAGAMA, yang alumninya sangat
banyak yang hebat dan terkenal itu, dan beliau dalam politik telah teruji
karena pernah menjadi Anggota DPR-RI dua periode, sebelum menjadi Gubernur Jawa
Tengah dan daerah kelahirannya Karang Anyar. salah satu yang menjadi focus nya
dalam mengemban amanat rakyat adalah mengatasi musuh bersama yaitu korupsi di
semua jajaran. Inilah initinya dia menjadi terkenal, sebenarnya bagi kepala
daerah yang konsen lahir batin ingin membrantas korupsi dipastikan akan menjadi
pujaan masyarakat. Gebrakannya yang terkenal ia melakukan inspeksi mendadak di
jembatan timbang, hasilnya terbukti bahwa setiap malam, setiap orang mendapat
tambahan gaji dari pungli jembatan timbang mencapai Rp.250.000, perorang/malam…luar
biasa, dalam urusan-urusan seperti ini memang Gubernur yang rambutnya sudah
putih tersebut adalah anak bangsa yang tegas dan lebih “galak” bahkan melebihi
Ahok yang juga terkenal sangat “galak” ini pengakuan Ahok sendiri. Tetapi pas
dengan wakilnya Heru Sudjatmiko mantan Bupati Purbalinggo yang terkenal santun
dan kalem, yang besa menetralisir keadaan.
Lain
halnya denga Ridwan Kamil, ia seorang akademisi, praktisi sesuai keilmuanya terutama
dalam strategi membangun Kota (dari latar belakang pendidikan cocok untuk
walikota) dengan ilmunya ia mendapatkan beberapa presatsi internasional dan
nasional, namun sebagai renungan dia juga pernah jadi orang miskin dan
isterinya melahirkan anak pertama di rumah sakit gratis khusus untuk orang yang
tidak mampu, tapi itu di Amerika sana, ya tetap saja katagori orang miskin. Terpilih
dengan suara meyakinkan langsung memimpin Kota yang terkenal “Paris-Nya Jawa”,
Bandung sebagai kota besar letaknya relative dekat dengan ibu kota, mempunyai
problem yang luar biasa sebagai penyangga Ibu Kota. Ridwan kamil dalam
aktifitasnya sebagai walikota tidak pernah lepas dari dunia social media sama
halnya dengan Ganjar Paranowo bahakan dalam acara Mata Najwa, ia lebih gesit,
semua momen yang ia posting atau twit melalui tangannya sendir, melalui
jejaring social ia melakukan sayembara siapa yang komentarnya banyak dan bagus
tentang pembangunan Kota bandung akan mendapat kehormatan menjadi walikota
sehari bersama Ridwan Kamil. Memang prestasiny sudah Nampak, Kota Bandung yang
terkenal kota samapah melalui dia mendapat Adipura katagori kota Besar. Ia
jujur dengan penghasilanya sebagai Walikota di gaji Negara Rp. 120
Juta/bulan...dan hanya itu saja kalau kurang…maka terpaksa tabungannya harus
dikeluarkan, logika kekinian bagi seoarang Walikota sebenarnya gampang kalau
mau mencari tambahan berlipat-lipat angkat saja telpon bisa ke pengusaha, bisa
juga ke kepala SKPD, selsai semua urusan, atau SMS saja ke Kang Bahar bos
preman pasar yang sekarang sudah almarhum, nanti diantar oleh kang Komar.
Lain
halnya dengan Ganjar dan Ridwan Kamil, Rismawati Perempuan yang menjabat
Walokota Besar Surabaya, asli Kediri dan seoarang birokrat sejati, juga pejabat
yang populis, banyak prestasi yang ia torehkan termasuk membrangus “Gang Doli”,
ide dan gagasannya sederhana untuk sebuah kota Besar seperti Surabaya dan
itulah yang mungkin terlupakan oleh pejabat sebelumnya. Ketokohan Bu Risma
telah terpancar dari raut muka dan asoseries yang melakat di tubuhnya, bentuk
sebuah keikhlasan dan kejujuran memperhatikan rakyat yang memang masih banyak
merindukan hal-hal sepele seperti itu, setiap momen jika ia terbayang dengan
rakyatnya, butir-butir air mata akan terus mengalir dipipi ibu paro baya ini,
dan itu bukan air mata buaya, karena rakyatnya tahu siapa sesungguhnya ibu
Risma, seperti di tulis di Kompas.com, Walikota bercita-cita ingin menjadi
pemimpin seperti “Umar Ibnu Khatab” ya bagi orang Islam atau mengenal sejarah
Islam tahulah siapa “Umar ibn Khatab” yang sangat anti menggunakan barang
Negara jika tidak ada hubunganya dengan pekerjaan Negara, pernah dalam suatu
kisah “Umar Ibn Khatab” di datangi tamu malam hari, kebetulan tamu tersebut
masih ada hubungan keluarga, Khalifah bertanya kepentingan tamunya, ternyata hanya
silaturahmi biasa, tidak ada kaitan langsung dengan urusan Negara, Umar Ibnu
Khatab mematikan lampu tersebut, dan ia bilang kepada tamunya lampu ini
dibiyayai oleh kas Negara. Refleksi dari Umar Ibn Khatab, bu Risma sangat takut
kalau ada warganya yang belum terdata sebagai orang miskin yang perlu dibantu,
nanti katanya ia akan di tanya (setelah di akhirat) kenapa, orang miskin ada
yang tidak terdata apalagi jika tidak dibantu, bukankah fakir miskin dan anak
terlantar adalah tanggung jawab Negara, sama dengan Umar Ibnu Khtab yang
mendata langsung isteri-isteri yang suaminya sedang berangkat berperang dengan
menyamar sebagai orang biasa yang bajunya penuh dengan tampalan. Luar biasa
suri tauladan yang di tampilkan seorang sahabta pilihan Rasulullah yang
langsung diminta kepada Allah swt. Dan ibu Risma ingin menjadikan ia sebagai
panutan, walaupun Umar menjadi sahid, karena ada orang yang iri kepadanya,
terhadap kejadian ini Mario Teguh juga mengingatkan “Walaupun kita berbuat bai,
adil dan bijaksana, tetap saja ada orang yang tidak suka, karena ia punya rasa
iri, dengki dan sakit hati”. ibu Risma sudah tahu itu, dan ibu risam mengatakan
“Saya sudah ikhlas kalau itu terjadi pada saya. Semua hanya titipan, tinggal
Tuhan kapan ambilnya. Itu rahasia Ilahi” masya Allah.
Masih
banyak kepala Derah yang populis dan tidak terlibat KKN, versi Jawa Pos Group Ridwan
Kamil (Bandung)seperti di tulis di atas dan Tri Rismaharini (Surabaya), Dr Asrun (Sulawesi Tenggara),Illiza Sa’aduddin
Djamal (Banda Aceh), Abdullah Azwar Anas (Banyuwangi), Hasto Wardoyo (Kulon
Progo), Mathius Awoitauw (Jayapura), Herman H.N (Bandar Lampung), Rizal Effendi
(Balikpapan) dan Bambang Yasin (Dompu). Dan pasti masih ada lagi namun belum
terekspos melalui media.
Insya Allah, intensi lain aka
berlanjut,
“kamsia apresiasi”
Ceruk Kamar, 12 Maret 2016
Komentar
Posting Komentar