BELAJAR BAHAGIA. Bg-3

BELAJAR BAHAGIA. Bg.3
“Pesan untuk orang yang sudah merasa Tua”
Staus saya di FB beberapa hari yang lalu ketika saya menulis kenangan indah bersama almarhumah ibuku diwaktu kecil, banyak yang berkemntar dan lebih dari 100 orang yang membubuhkan tanda suka (like). Peristiwa yang say ingat diwaktu meranjak dewasa sekitar kelas 5 dan 6 sekolah dasar, saya terkesan dengan ibu yang tidak pernah lupa dan lelah menyiapkan hidangan makan siang untuk ku ketika aku pulang dari sekolah, dan itu dipastikan dilakukan juga dengan saudara-saudaraku yang lain, teringat pada saat ini betul membawa kebahagiaan tersendiri bagi ku dan mungkin juga bagi sebagain besar orang-orang yang mengalami perlakuan yang baik dari seoarang ibu, dan dalam posting status itu aku lupa bahwa ibuku pernah bilang, di waktu kecil dulu aku sering dibuatkan tambahan makanan berupa air masakan nasi yang sedang mendidih yang sengaja dilebihkan sedikit airnya dan bentuknya seperti susu bercampur dengan nasi beberapa butir (milk rice) ditambah dengan gula, mungkin waktu itu belum ada susu formula seperti SGM, Morrinaga, Nutrilon, Bebelac dll, yang ada mungkin susu kaleng cap bendera yang memang kurang cocok untuk bayi. Menurut penelitian air tajin (milk rice) sebenarnya tidak bagus untuk bayi terlalu tinggi kadar karbohidratnya, tetapi sebagai tambahan ya nggak apa-apa…bukan sebagai pengganti ASI…!
Lalu apa bahagianya, salah satu teman juga senior saya menanggapi dengan penuh kesejukan dan tutur kata orang terpelajar dan bijaksana saya pastekan komentarnya “…memang memory indah masa kecil dulu...membuat seseorang sll bahagia... arif dan bijak pada masa tuanya karenanya pembentukan watak/karakter...penanaman nilai-nilai perlu bagi anak sejak dini...” teman kuliah saya juga berkomentar…”apapun yang disajikan ibu memang semuanya terasa enak…” yang ini saya nggak tahu apa betul enak semua…? Aye-aye wae, tapi mungkin juga…?
Memory indah diwaktu kecil membuat bahagia, bahkan ada yang menulis dengan penuh perasaan “Aku rindu masa kecil” selanjutnya …Masa-masa yang telah lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang menyakitkan. Ah… bagi ku sekarang, semua kisah masa kecil dulu menyenangkan…., sebenarnya bisa jadi mungkin sulit untuk menukilkan peristiwa yang menyakitkan. Anak saya yang di kelas 5 SD pernah bertanya, “Pak…apa kenangan yang kurang menyenangkan, diwaktu kecil, saya ada PR,…lucu juga anak saya nggak tahu peristiwa apa yang tidak di senangi…apa dia senang semua, atau tidak ingat lagi, ya saya jawab saja mungkin waktu kau belajar bersepeda jatuh di aspal dan membekas di lutumu…oh ya kata anak saya, itulah yang ia tulis untuk di berikan ke gurunya, judulnya “Duka Belajar Bersepeda”
Seiring dengan bertambahnya umur banyak rasanya peristiwa-peristiwa masa kecil yang bisa diungkap, dari seragam sekolah yang hanya satu, yang harus dipakai dua hari (maksudnya Seragam putih2 satu, pramuka satu, pakaian melayu satu) kalau kehujanan, besoknya terpaksa dipakai lagi walaupun masih setengah kering, kalau tidak seragam ya takut, gurunya dulu galak-galak, bisa juga karena dihukum guru berjemur di lapangan, karena nggak hapal kalian sungsang (kalian yang di balik contohnya 10x8, 9x8, 8x8 dst), dan sempat juga diskor wali kelas karena adu jotos dengan kawan sebangku, gara-gara sepatu kotornya kena celana seragam putih saya, ya termasuk juga masalah-masalah hoby yang tersisa dalam memory, kalau mau menonton pertandingan bulu tangkis karena, di era itu Indonesia paling hebat sejag dan Rudi Hartono masuk final All England, luar biasa riangnya, harus berjanji dengan teman sekelas sama-sama nonton TV, maklum takut kalau sendiri, Nonton TV harus pergi ke Balai Desa diluar rumah penduduk di tengah kegelapan dan kesunyian malam.
Semua itu menjadikan kita bahagia, hari ini memory itu bisa diungkap, saya bahagia anak-anak saya tidak mengalami hal-hal seperti bapaknya, dan dia kesulitan untuk menuliskan apa-apa peristiwa yang tidak menyenangkan yang pernah ia alami di waktu kecil dulu, dan saya sangat bahagia teringat dengan ibu saya bagaiman perhatian luar biasa terhadap anak-anaknya. Ternyata ibu saya telah menerapkan teori modern yang tidak pernah ia baca mungkin juga belum pernah didengarnya, yakni “Hasil penelitian mendukung pandangan bahwa walaupun dalam kesulitan ekonomi, para orang tua harus memberikan prioritas untuk mendukung kebahagiaan anak-anak mereka, sehingga mereka memiliki permulaan kehidupan yang terbaik. Juga penelitian lain menyimpulkan: Menunjukkan bahwa mereka yang puas dengan kehidupan mereka di masa kanak-kanak cenderung menjadi manusia dewasa yang juga bahagia dan puas dirinya sendiri. Efek baiknya, mereka lebih mudah mencapai kesuksesan dalam pekerjaan dan sejahtera…” "Perkembangan sosial yang positif di masa kecil dan remaja membutuhkan investasi melebihi kurikulum akademik," kata Profesor Craig Olsson.
Investasi kebahagian di waktu kecil akan dipetik hasilnya setelah dewasa bahkan setelah menjadi orang tua, KH. Abdullah Gimnastiar (AA’ Gim) menulis dalam blognya “Anak Sebagai Investasi” judul tulisannya, saya copykan sebagian: “Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam telah meninggal dunia (mati) maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah (yang ia berikan) atau ilmu yang ia manfaatkan kebaikan) atau anak shalih yang mendoakan dirinya." (HR Muslim).
Artinya anak itu adalah investasi. Anak-anak keturunan kita itu adalah bagian dari keselamatan dunia akhirat kita. Karenanya kita harus serius menanamkan keshalihan pada anak-anak kita. Kalau kita ingin menikmati masa depan kita, maka berapapun pengeluaran yang dikeluarkan untuk mendidik anak agar menjadi shalih, untuk belajar, sekolah dan lainnya, itu bukan biaya, melainkan investasi (modal) yang akan mendatangkan keuntungan suatu saat kelak.
Saya pernah bertanya pada seseorang yang menyekolahkan anaknya ke luar negeri. Ia menjawab, "Karena sebentar lagi perdagangan bebas, kita perlu mempunyai anak-anak yang memiliki visi ke depan untuk mengarungi era globalisasi." Kemudian saya bertanya lagi, "Bagaimana kondisi ibadahnya di sana?" "Nanti saja kalau dia kembali ke Indonesia akan diperbaiki lagi." "Bagaimana kalau sebelum lulus kuliah sudah diambil nyawanya oleh Allah? Apakah dia siap untuk pulang ke akhirat?"….Luar biasa Ustadz ini menulis dan berdakwah selalu dengan kesejukan dan filosofi hidup manusia, walaupun sekarang TV sudah jarang menayangkanya.
Saya tidak tahu…apa menurut anda bahagia…?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "NAGE DEDAUP" Bg.-19

DAFTAR PUSTAKA

SAMBUTAN DEKAN ACARA YUDISIUM FAK. SYARI’AH IAIN BENGKULU